Kamis, 09 Maret 2017

BELAJAR DARI PERCERAIAN

Beberapa hari lalu saya iseng-iseng nonton tv, sambil santai sejenak sebelum tancap gas lagi mengerjakan pekerjaan rumah. Saya pilih nonton infotainment saja, untuk sekedar hore-hore alias hiburan ringan, karena jenuh tv-tv lain membahas kedatangan seorang raja ke Indonesia.

Rupanya sebuah infotainment sedang menyiarkan sebuah jumpa pers dari seorang selebritis, atau mungkin lebih tepatnya istri selebritis. Jumpa pers itu adalah penjelasan dari si istri bahwa betul rumah tangganya sedang diambang perceraian karena sang suami telah menjatuhkan talak. Sambil berair mata ia bercerita bahwa dirinya sudah melakukan segala upaya termasuk bersujud dan mencium kaki suaminya agar tidak terjadi perceraian. Saya sendiri kaget, karena seingat saya mereka ini baru saja menikah beberapa waktu yang lalu. Dan ternyata betul, si istri di jumpa pers itu menyebutkan bahwa rumah tangga mereka baru berjalan 8 bulan! Sudah akan cerai?

Saya tak ingin berkomentar lebih jauh tentang mereka, karena itu urusan rumah tangga mereka yang sifatnya sangat sangat pribadi. Tentu saya hanya orang luar  yang tidak tahu menahu tentang urusan itu, sangat luar, karena saya memang nggak kenal mereka. Tapi kalau boleh jujur, apa yang saya tonton pagi itu membuat hati ini sedih, karena teringat kembali dengan kata-kata dari Bunda Elly Risman. Kurang lebih kalau saya sarikan intinya, begini perkataan beliau “Banyak orang tua yang menyiapkan anaknya untuk berprestasi secara akademik, jadi juara kelas, juara ini juara itu, kuliah di perguruan tinggi ternama, dapat pekerjaan yang bergaji banyak dll. Namun... tak banyak orang tua yang menyiapkan anaknya untuk kelak menjadi suami yang sholih dan istri yang sholihah”.

Yap bapak ibu dan teman-teman, mendidik anak agar kelak mereka memiliki bekal yang cukup untuk berumah tangga adalah juga kewajiban kita sebagai orang tua! Dan bekal untuk berumah tangga tidak hanya cinta!

Lalu bekal apa yang harus diberikan pada anak-anak supaya kelak mereka siap memasuki hidup baru yang masih abstrak bagi mereka (menjadi suami atau istri)?

  1. Bekal komunikasi. Salah satu masalah besar yang kerap kali terjadi dalam rumah tangga dan sering menjadi penyebab perceraian ialah masalah komunikasi antara suami dan istri. Apalagi suami dan istri punya latar belakang dan dibesarkan dalam keluarga yang berbeda dan punya cara ngomong yang berbeda pula.
Sehingga kita perlu mengajarkan kepada anak- anak kita agar bisa berkomunikasi dengan baik. Tak hanya mengajari mereka agar bisa bicara, namun mengajari mereka untuk berani mengungkapkan apa yang mereka rasa perlu untuk mereka ungkapkan. Bukan yang “ingin”, tapi yang “perlu” untuk diungkapkan.

Ajari mereka agar bisa berbicara dengan santun kepada siapapun, terbiasa untuk mengucapkan maaf bila berbuat salah sekecil apapun, mengucapkan terima kasih bila ada kebaikan dari orang lain sesederhana apapun itu, mengucapkan tolong jika butuh bantuan, dan memaafkan kesalahan orang lain.

Ajari pula mereka tentang filisofi mengapa Allah memberi kita 2 telinga dan 2 mata, namun hanya 1 mulut. Yakni biasakan mereka untuk mendengar (listening not only hearing). Sebab banyak orang bisa berbicara dan ingin didengarkan, namun tak banyak orang yang bisa (bersedia) mendengarkan.

  1. Perlu juga mengajari anak-anak agar punya jiwa usahawan. Tak ada salahnya membiasakan mereka sudah bisa cari uang sendiri sejak kecil dan menabung untuk hari esok yang tak terduga. Bila mereka gagal, terus berikan semangat. Sampaikan bahwa dengan gagal berarti kita tahu bahwa cara yang kita pakai tidak berhasil sehingga kita harus memikirkan cara yang lain, it’s not the end of the world and life must go on, kids!
  2. Tak perlu malu dan tabu memberikan pendidikan reproduksi pada mereka. Ajari mereka mengenal jenis kelamin mereka dan jenis kelamin yang lain, ajari bagaimana cara berpenampilan sesuai jenis kelaminnya dan menutup auratnya, ajari nama biologis dan kegunaan organ-organ tubuhnya termasuk organ reproduksi dan bagaimana cara menjaga serta merawatnya dll, termasuk segala sesuatu tentang hubungan suami istri atau hubungan intim. Tentu saja pendidikan reproduksi ini diberikan sesuai usia dan tingkat pemahaman mereka, dengan bahasa yang mudah mereka pahami pula.
  3. Kalau yang ke empat ini sebetulnya sharing dari pengalaman pribadi. Ketika sedang ada masalah dengan pasangan, seseorang pernah memberikan sebuah nasihat analogi pada saya.
Begini analoginya...

Misalnya kita jatuh cinta pada seseorang, katakanlah seorang aktor top korea. Orangnya tampan, baik sekali dan ternyata ia juga sangat suka pada kita. Lalu suatu hari, sebagai tanda cintanya, ia memberi kita seekor kucing, minta tolong kita untuk menjaganya sebentar. Tentu kita akan berusaha menjaga si kucing dengan sebaik mungkin, takut kalau sampai si aktor tahu kita tidak merawatnya dengan baik.

Nah senakal-nakalnya kucing itu, kita ingat bahwa kita mencintai si aktor (pemilik kucing itu) dan si aktor juga mencintai kita, dan kucing ini adalah titipannya, maka kita tak akan terlalu sedih ketika si kucing mencakar atau bahkan menggigit kita.

Ketika si kucing menyakiti kita, kita tinggal telpon si aktor dan berkata “Aktor...kucingmu ini menyakitiku. Tolong beri tahu aku cara menghadapinya....”

Memang ini analogi yang cukup unik hehehe...tapi analogi ini cukup masuk akal bagi saya dan mampu menguatkan saya ketika ada masalah rumah tangga. Sebab sesungguhnya suami/istri, anak, mertua, dll bukan milik kita. Mereka adalah titipan dari Allah, Dzat yang seharusnya jauh lebih kita cintai. Jadi kalau ada apa-apa, kembalikan padaNya.

Nah, analogi ini bisa kita sampaikan pada anak-anak ketika mereka akan menikah. Sehingga kita sebagai orang tua tak hanya disibukkan dengan urusan gedung, undangan, katering, dll.

Dan banyak lagi bekal yang bisa diberikan pada anak-anak agar kelak mereka dapat mengarungi kehidupan rumah tangga dan amanah dengan kewajibannya. Yang jelas, mulai saat ini, masukkan poin menjadi suami sholih dan menjadi istri sholihah sebagai tujuan mendidik dan membesarkan anak, tak hanya agar mereka menjadi juara kelas.

Semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar