Selasa, 27 Oktober 2020

PIJATAN YANG MEMBENTUK KENANGAN

Beberapa waktu lalu kami sekeluarga berkesempatan piknik ke pantai. Tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kami memilih pantai yang tidak ramai, menghindari kerumunan, tetap memakai masker dan cuci tangan atau memakai handsanitizer.

Pulang dari pantai, karena lelah, suami saya tiduran di lantai. Lalu anak saya dan sepupunya datang menghampiri dan dengan sukarela menawarkan diri untuk memijat. Tentu saja suami saya tidak menolak. Sungguh pemandangan yang lucu sekali. Sambil tertawa, dua anak ini memijat dengan sungguh-sungguh meski tenaga mereka sebetulnya tak seberapa.

By the way ayah bunda yang baik, Anda punya kenangan memijat atau dipijat orang tua waktu Anda kecil dulu?

Saya punya.

Waktu kecil dulu, ibu sering meminta saya memijat punggung dan kakinya. Kalau ibu terlalu capek dan pijatan saya kurang kuat, ibu meminta saya menginjak-injak punggung dan kaki beliau. Atau kalau ibu sedang pusing, ibu meminta saya menarik-narik rambutnya. Lucu juga kalau mengingat-ingat kembali saat-saat itu.

Pijat memang bisa bikin badan lebih enak, lebih segar, lebih rileks. Namun tak hanya itu, pijat ternyata mengandung pembelajaran parenting yang cukup penting.

Dalam sebuah kajian parenting yang saya tonton di youtube, ustadz Bendri Jaisyurahman pernah berkata bahwa seorang ibu, bila ingin dekat bahkan dirindukan selalu oleh anaknya, maka salah satu kemampuan yang harus dimiliki ialah kemampuan memijat. Tentu ini tak hanya berlaku bagi ibu saja, tapi saya rasa seorang ayah pun perlu melakukannya. Dan tak harus ahli, maksudnya, Anda tak  harus jadi ahli pijat yang menguasai semua titik syaraf, meski kalau Anda menguasainya maka itu lebih baik. Yang penting Anda memijat anak dengan tulus saja, itu sudah cukup.

Mengapa dalam pijat ini ada pelajaran parentingnya???

Pertama, karena pijat ini erat kaitannya dengan sentuhan. Dan kalau kita berbicara tentang parenting, sentuhan antara orang tua dan anak punya arti yang sangaaaaat penting.

Saya jadi ingat sebuah brosur dari rumah sakit tempat saya melahirkan anak saya dulu. Brosur itu mengatakan sebuah kalimat yang terus saya ingat sampai sekarang “Bagi bayi, sentuhan itu sama pentingnya seperti nutrisi dalam makanan”. Saya rasa tidak hanya bagi bayi. Sentuhan sangat bermakna bagi semua orang, termasuk yang sudah dewasa sekalipun.

Sentuhan itu (dalam artian positif) bisa menjadi cara untuk menunjukkan kasih sayang, cara untuk menenangkan, cara untuk menunjukkan empati, cara untuk memberikan semangat, bahkan bisa menjadi cara untuk menyembuhkan. Dan pijat bisa menjadi salah satu bentuk sentuhan itu.

Jadi, kalau kita ingin menunjukkan kasih sayang pada anak-anak kita, ingin menenangkan mereka ketika mereka sedang risau bin galau, ingin menunjukkan empati pada apa yang sedang mereka rasakan, ingin memberikan suntikan semangat, bahkan menyembuhkan mereka ketika sakit fisik maupun batinnya, maka pijatlah mereka, dengan tulus dan tanpa pamrih.

Kedua, karena pijat ini bisa menjadi cara untuk membangun kedekatan dengan anak-anak kita.

Sekarang ini, gadget kerap kali mendekatkan yang jauh sekaligus menjauhkan yang dekat. Sehingga meski secara fisik kita dan anak-anak dekat, tinggal dalam satu atap, bahkan duduk bersebelahan di satu ruangan namun hati terasa jauh. Media sosial membuat kita tahu kabar terbaru tentang artis dalam maupun luar negeri, namun tidak tahu kabar terbaru tentang anak kita sendiri. Macam-macam aplikasi membuat masing-masing anggota keluarga jadi sibuk sendiri. Sehingga bermain dengan gadget lebih menarik daripada bermain dengan orang tua ataupun anak. Alhasil, kedekatan menjadi barang langka di keluarga.

Nah, pijat bisa jadi sarana untuk menumbuhkan dan mempererat kedekatan itu. Sambil kita memijat anak atau dipijat anak, kita bisa sambil mengobrol santai, bercerita tentang banyak hal, curhat, bahkan membincangkan mimpi-mimpi ke depan.

Ketiga, karena pijat bisa menjadi kenangan.

Mengasuh anak itu intinya dua. Pertama, membentuk kebiasaan-kebiasaan baik yang berujung pada pembentukan karakter yang baik pula. Dan kedua, menciptakan kenangan yang akan berguna di masa depan. Salah satu hal yang membentuk kita dalam perjalanan hidup ini adalah kenangan. Kenangan yang membahagiakan akan membentuk pribadi kita, pun dengan kenangan-kenangan yang buruk atau menyakitkan.

Demikian halnya dengan kenangan anak terhadap orang tuanya. Adalah hal yang bagus bila seorang anak punya banyak kenangan yang membahagiakan bersama orang tuanya. Ini akan turut membentuk pribadinya dan akan mempengaruhi caranya mengasuh saat kelak menjadi orang tua.

Nah, dipijat atau memijat orang tua bisa menjadi kenangan yang membahagiakan untuk diingat dan menjadi bekal untuk mengasuh generasi berikutnya.

Jadi ayah bunda yang baik, yuk mulai membiasakan memijat anak, ketika mereka akan tidur, ketika mereka sedang lelah, atau di momen-momen yang lain. Tak ada salahnya pula meminta mereka memijat kita dan menjadikannya momen yang indah untuk dikenang.

 

-Self reminder-

Semoga bermanfaat 

Photo by Keluarga Anggur