Jumat, 20 Desember 2019

JANGAN SAMPAI ANAK ANDA KURANG PIKNIK


Akhir-akhir ini kata “kurang piknik” acap kali digunakan. Misalnya ketika mengomentari seseorang yang sama sekali tidak tertawa saat ada lelucon yang sangat lucu, atau seseorang yang berkali-kali lupa melakukan sesuatu atau kelupaan membawa sesuatu, atau seseorang yang wajahnya nampak hampa karena berat beban hidupnya, atau seseorang yang seringkali marah-marah tanpa penyebab yang jelas. Biasanya muncullah kalimat “Nah, kurang piknik tuh...”. Atau kalau orang itu membalas “Enggak kok, saya sudah banyak piknik” maka kita akan menyahut lagi “Kalau gitu pikniknya kurang jauh...hehehehe...

Di era seperti sekarang ini, menurut hemat saya, piknik atau liburan atau jalan-jalan atau apapun istilahnya sudah bukan lagi merupakan kebutuhan sekunder. Ia menjelma menjadi kebutuhan primer yang jika tidak dipenuhi akan mempengaruhi keseimbangan jiwa raga kita, sama pentingnya dengan makan, baju, dan rumah. Yah, apa mau dikata, hampir setiap hari sebagian besar dari kita terjebak pada rutinitas yang tak kunjung berhenti, pada pekerjaan yang rasanya tak ada habisnya, pada kemacetan, pada polusi, pada kebisingan, dll. Sehingga raga ini perlu diistirahatkan, dan jiwa ini perlu disegarkan. Salah satu caranya? Ya dengan piknik.

Dan jangan salah ayah bunda yang baik, rupanya yang membutuhkan piknik ini tak hanya kita yang sudah dewasa. Anak-anak kita pun membutuhkannya pula, sebab bisa jadi mereka juga terjebak pada rutinitas sehari-hari, tugas-tugas sekolah, ujian, ulangan, kejenuhan, kelelahan, masalah dengan teman, dll seperti kita. Di samping itu, piknik bisa menjadi sarana untuk menambah kedekatkan antara kita dengan mereka. Pun piknik bisa juga menjadi salah satu cara untuk membayar hutang pengasuhan kita sebab mungkin selama ini mereka lebih banyak bersama dengan orang lain atau pengasuhnya. Dan last but not least, piknik juga bisa menjadi sarana pembelajaran banyak hal bagi mereka dengan cara yang menyenangkan.

Tapi bagaimana bila dana kita terbatas? Tak perlu khawatir ayah bunda yang baik. Pikinik tak berarti kita harus ke suatu tempat wisata yang jauh, ke luar kota, atau bahkan ke luar negeri. Bila bisa, tentu tak ada salahnya dan itu baik. Namun bila dana terbatas, kita bisa juga pergi ke tempat yang tak jauh dari rumah. Yang jelas, ke mana pun tujuan piknik ayah bunda dan anak-anak, pastikan beberapa hal berikut ini :

Pertama, niat. Bukankah segala perbuatan bersumber dari niat dan kita akan mendapatkan sesuai apa yang kita niatkan? Jadi LURUSKAN DAN MANTAPKAN NIAT kita, untuk apa kita piknik bersama anak-anak.

Kedua, ke manapun tujuan piknik kita, mau jauh atau yang dekat-dekat saja, CIPTAKANLAH KESAN DAN KENANGAN yang indah bagi mereka. Buatlah atmosfer dan suasana piknik yang mudah dan menyenangkan.

Ketiga, MINIMALKAN GADGET!!! Termasuk untuk berfoto-foto. Tentu saja berfoto boleh, tapi apalah artinya foto-foto tersebut bila tak ada kesan manis yang bisa dikenang suatu hari nanti. Gunakan saat-saat piknik untuk lebih banyak bermain dan ngobrol dengan mereka. Lebih banyaklah menatap, bertanya, dan mendengarkan cerita-cerita mereka. Boleh juga kita sambil bercerita kenangan-kenangan pikinik kita saat masih kecil dulu bersama kakek nenek mereka.

Keempat, ajak mereka MENCOBA HAL BARU yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, sambil SISIPKAN ILMU BARU untuk mereka. Misalnya bila ayah bunda piknik ke kebun binatang, kenalkan binatang-binatang yang ada di situ pada mereka. Kalau perlu browsing dulu agar ayah bunda punya bekal untuk memberikan informasi tambahan. Dan temani mereka untuk naik binatang atau menyentuhnya bila memungkinkan.

Dengan demikian ayah bunda yang baik, jangan sampai kita maupun anak-anak kita kurang piknik dan kurang menikmati piknik. Selamat liburan. Selamat piknik bersama anak-anak. Semoga liburan dan pikniknya meninggalkan kesan dan kenangan yang indah, baik bagi ayah bunda maupun bagi anak-anak. Sebab pengasuhan itu sejatinya ialah menciptakan kebiasaan-kebiasaan dan membentuk kenangan.