Gegara
di debat capres kemarin tersebut kata DILAN, saya jadi teringat sebuah tulisan menarik
di facebook. Bukan...bukan tentang debatnya ataupun pemilunya. Melainkan
postingan tentang keromantisan dalam film Dilan yang kemarin booming sekali di
negeri ini.
Pada
intinya, menurut si penulis, keromantisan yang dilakukan oleh Dilan (termasuk
ucapan-ucapannya pada Milea) sungguh adalah receh bagi emak-emak, apalagi bagi
para emak yang anaknya sudah lebih dari satu. Bagi si penulis, romantis itu bukan
berupa kata-kata puitis, tapi romantis itu adalah ketika suami mencuci semua
piring kotor yang menumpuk sampai-sampai wastafel dan busa sabut cucinya pun ia
bersihkan juga. Atau ketika suami bersedia membelikan pembalut untuk istrinya dan
tidak malu ketika berhadapan dengan petugas kasirnya. Dan para netizen yang
berkomentar di bawah tulisan itu pun 100 persen sepakat bin setuju dengan
pendapat si penulis.
Saya
pribadi juga setuju dengan tulisan itu. Kalau suatu hari tetiba suami saya
berkata pada saya yang adalah emak beranak satu ini “Bun...kalau ayah jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya,
aduh, maaf, ayah pasti tidak bisa karena ayah cuma suka bunda..” maka sudah
pasti saya akan bertanya sambil menempelkan tangan saya di keningnya “Ayah lagi nggak enak badan ya?????”
Hehehe...
Memang,
bagi kita yang sudah menikah apalagi sudah belasan bahkan puluhan tahun, definisi
romantis kita sangat mungkin berbeda dengan definisi romantis bagi anak-anak
muda yang belum berumah tangga apalagi yang baru beranjak remaja dan baru mulai
merasakan manisnya jatuh cinta.
Nah,
pertanyaannya....
Mengapa
gombalan Dilan seperti “Jangan rindu.
Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja...” dll mampu membuat gadis-gadis
yang mendengarnya langsung histeris, klepek-klepek dan meleleh hatinya,
sementara bagi emak-emak yang sudah berumah tangga dan beranak bahkan lebih
dari satu justru terdengar geli di telinga atau bikin keselek di tenggorokan?
Ya.
Sebab kita yang sudah menjadi emak-emak ini tahu bahwa cinta sejati tak cukup
hanya berupa rangkaian kata-kata manis belaka. Kata-kata manis memang perlu
juga dalam kehidupan berumahtangga, seperti ucapan “I love you”, terima kasih, panggilan
“sayang”, dll. Tapi apalah artinya kata-kata manis tersebut bila tidak
dibarengi dengan tindakan nyata. Kita yang sudah emak-emak ini pun tahu bahwa
cinta yang sesungguhnya bukan terletak pada kalimat-kalimat romantis saja,
namun cinta yang tetap saling diberikan meski sudah ditempa dengan berbagai
cobaan, berbagai rintangan, berbagai hal-hal di luar ekspektasi dan harapan,
serta berbagai ujian yang nggak enak di hati.
Jadi
para emak (dan tentu juga para bapak), bagaimana caranya agar anak-anak perempuan
kita tidak terjebak apalagi tertipu oleh gombalan-gombalan romantis dari
“Dilan”, baik Dilan-Dilan di dunia nyata maupun Dilan-Dilan di dunia maya?
Nah
di sinilah peran penting para bapak.
Wahai
bapak-bapak, dekatlah dengan anak perempuan Anda, baik secara fisik dan
terlebih lagi secara hati. Tentu saja kedekatan ini bukan sesuatu yang ujug-ujug alias tiba-tiba ada, namun
harus mulai dijalin sediniiiiii mungkin, bahkan sejak anak perempuan Anda masih
berada di dalam perut ibunya.
Bagaimana
caranya?
Sering-seringlah
mengajak anak perempuan Anda ngobrol. Seringlah bertanya padanya. Mulai saja
dengan pertanyaan sederhana bahkan remeh temeh. Lalu dengarkan jawaban,
celotehan dan ceritanya.
Tempelkan
fisik Anda dengan fisiknya. Gendong, cium, pangku, dan peluk ia dengan segenap
jiwa raga Anda.
Bermainlah
dengannya. Tak masalah bila permainannya permainan perempuan. Biarkan ia menjadi
princess dan Anda jadi kudanya atau
jadi pangerannya. Atau biarkan ia bermain masak-masakan dan Anda yang
mencicipinya. Atau biarkan ia bermain boneka, dan pura-pura bonekanya sakit
lalu Anda jadi dokternya, memeriksa bonekanya dan membuatkan resep.
Bacakan
mereka cerita sebelum tidur. Atau ceritakan serunya masa kecil Anda.
Jangan
segan memujinya cantik atau memanggilnya sayang.
Dan juga antar ia berangkat ke sekolah. Buatlah perjalanan Anda dengannya dari rumah menjadi penyemangat baginya untuk menjalani harinya di sekolah.
Intinya
Bapak, jadilah cinta pertama bagi anak perempuan Anda! Meski mungkin waktu Anda
tak banyak karena harus berjuang mencari nafkah, tapi tetap sempatkanlah! Buat
waktu yang sedikit itu menjadi sangat-sangat berkesan untuknya.
Agar
apa?
Agar
kelak bila ada “Dilan” yang datang mendekatinya, menyebutnya cantik, memanggilnya
sayang, bahkan memberikan gombalan-gombalan yang mendayu-dayu, anak perempuan Anda tak mudah
terbujuk dan terayu apalagi sampai menyerahkan kehormatannya pada laki-laki itu, sebab dalam
hatinya sudah terlebih dulu ada sosok laki-laki yang hangat dan penyayang, baik
dengan kata-kata maupun dengan tindakan nyata, yaitu BAPAKNYA.
Semoga
bermanfaat.
Tulisan yang menarik bunda zuraida. Ditunggu lagi tulisan ttg "ayah, the series"
BalasHapusAlhamdulillaaah...
HapusTerima kasih banyak bunda Nur Fadlilah :)
InsyaaAlloh :)
suka sama tulisannya. Tapi kalau suami saya lagi ngajak ngomong anak2 dan anak gadis semua suasana berubah jadi serem abiiss. Memang suami tipikal serius seh...
BalasHapusAlhamdulillaaah...
HapusTerima kasih banyak Mama Indri :)
Hehehe...betul bun, memang tipikal orang berbeda beda ya.
Mungkin suasana ngomong dengan anak2 dibikin santai dan beda. Misalnya ngomong nya pas lagi piknik atau pas lagi makan di luar atau habis nonton bioskop.
Atau bapak bisa juga ngobrol sama anak2 pas perjalanan antar jemput sekolah atau les.
Supaya lebih rileks dan santai :)
Alhamdulillah terimakasih utk sharing ilmunya bunda...zuraida
BalasHapusAlhamdulillaah...
HapusSama2 😊
Semoga bermanfaat
Alhamdulillaah...
HapusSama2 😊
Semoga bermanfaat