Akhir-akhir ini kata “kurang piknik” acap kali
digunakan. Misalnya ketika mengomentari seseorang yang sama sekali tidak
tertawa saat ada lelucon yang sangat lucu, atau seseorang yang berkali-kali
lupa melakukan sesuatu atau kelupaan membawa sesuatu, atau seseorang yang
wajahnya nampak hampa karena berat beban hidupnya, atau seseorang yang
seringkali marah-marah tanpa penyebab yang jelas. Biasanya muncullah kalimat “Nah, kurang piknik tuh...”. Atau kalau
orang itu membalas “Enggak kok, saya sudah
banyak piknik” maka kita akan menyahut lagi “Kalau gitu pikniknya kurang jauh...hehehehe...”
Di era seperti sekarang ini, menurut
hemat saya, piknik atau liburan atau jalan-jalan atau apapun istilahnya sudah
bukan lagi merupakan kebutuhan sekunder. Ia menjelma menjadi kebutuhan primer
yang jika tidak dipenuhi akan mempengaruhi keseimbangan jiwa raga kita, sama
pentingnya dengan makan, baju, dan rumah. Yah, apa mau dikata, hampir setiap
hari sebagian besar dari kita terjebak pada rutinitas yang tak kunjung
berhenti, pada pekerjaan yang rasanya tak ada habisnya, pada kemacetan, pada
polusi, pada kebisingan, dll. Sehingga raga ini perlu diistirahatkan, dan jiwa
ini perlu disegarkan. Salah satu caranya? Ya dengan piknik.
Dan jangan salah ayah bunda yang
baik, rupanya yang membutuhkan piknik ini tak hanya kita yang sudah dewasa. Anak-anak
kita pun membutuhkannya pula, sebab bisa jadi mereka juga terjebak pada
rutinitas sehari-hari, tugas-tugas sekolah, ujian, ulangan, kejenuhan, kelelahan,
masalah dengan teman, dll seperti kita. Di samping itu, piknik bisa menjadi
sarana untuk menambah kedekatkan antara kita dengan mereka. Pun piknik bisa juga
menjadi salah satu cara untuk membayar hutang pengasuhan kita sebab mungkin
selama ini mereka lebih banyak bersama dengan orang lain atau pengasuhnya. Dan last but not least, piknik juga bisa
menjadi sarana pembelajaran banyak hal bagi mereka dengan cara yang
menyenangkan.
Tapi bagaimana bila dana kita
terbatas? Tak perlu khawatir ayah bunda yang baik. Pikinik tak berarti kita
harus ke suatu tempat wisata yang jauh, ke luar kota, atau bahkan ke luar
negeri. Bila bisa, tentu tak ada salahnya dan itu baik. Namun bila dana
terbatas, kita bisa juga pergi ke tempat yang tak jauh dari rumah. Yang jelas,
ke mana pun tujuan piknik ayah bunda dan anak-anak, pastikan beberapa hal
berikut ini :
Pertama, niat. Bukankah segala perbuatan
bersumber dari niat dan kita akan mendapatkan sesuai apa yang kita niatkan?
Jadi LURUSKAN DAN MANTAPKAN NIAT kita, untuk apa kita piknik bersama anak-anak.
Kedua, ke manapun tujuan piknik kita, mau
jauh atau yang dekat-dekat saja, CIPTAKANLAH KESAN DAN KENANGAN yang indah bagi
mereka. Buatlah atmosfer dan suasana piknik yang mudah dan menyenangkan.
Ketiga, MINIMALKAN GADGET!!! Termasuk
untuk berfoto-foto. Tentu saja berfoto boleh, tapi apalah artinya foto-foto
tersebut bila tak ada kesan manis yang bisa dikenang suatu hari nanti. Gunakan
saat-saat piknik untuk lebih banyak bermain dan ngobrol dengan mereka. Lebih
banyaklah menatap, bertanya, dan mendengarkan cerita-cerita mereka. Boleh juga
kita sambil bercerita kenangan-kenangan pikinik kita saat masih kecil dulu
bersama kakek nenek mereka.
Keempat, ajak mereka MENCOBA HAL BARU yang
belum pernah mereka lakukan sebelumnya, sambil SISIPKAN ILMU BARU untuk mereka.
Misalnya bila ayah bunda piknik ke kebun binatang, kenalkan binatang-binatang
yang ada di situ pada mereka. Kalau perlu browsing dulu agar ayah bunda punya
bekal untuk memberikan informasi tambahan. Dan temani mereka untuk naik
binatang atau menyentuhnya bila memungkinkan.
Dengan demikian ayah bunda yang
baik, jangan sampai kita maupun anak-anak kita kurang piknik dan kurang
menikmati piknik. Selamat liburan. Selamat piknik bersama anak-anak. Semoga
liburan dan pikniknya meninggalkan kesan dan kenangan yang indah, baik bagi
ayah bunda maupun bagi anak-anak. Sebab pengasuhan itu sejatinya ialah
menciptakan kebiasaan-kebiasaan dan membentuk kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar