Beberapa waktu belakangan ini saya
sedang sering-seringnya nonton film Kungfu Panda 3. Karena anak semata wayang saya
sedang suka film itu, jadi dia minta nonton hampir setiap hari. Alhasil emaknya
pun ikutan nonton hehehe...
Pada dasarnya saya juga suka Kungfu
Panda karena tokoh dan ceritanya yang lucu. Namun setelah beberapa kali
menonton, saya baru sadar bahwa di film produksi Dream Works itu terdapat
sebuah pelajaran berharga, sebuah pelajaran yang sangat mendasar tentang PENDIDIKAN.
Sebelumnya izinkan saya share sedikit
jalan cerita film itu ya, meski mungkin Anda sudah pernah menontonnya juga.
Di seri yang ke 3 ini, Po si panda
yang juga tokoh utama diberi amanah oleh gurunya, yakni Master Shifu, untuk
menggantikannya menjadi guru dan mengajari teman-temannya kung fu. Tentu saja
Po terkejut dan sangat bingung bagaimana caranya menjadi guru dan mengajari
teman-temannya kung fu. Maka kekacauan pun terjadi saat latihan, hingga
teman-temannya cedera hehehe...
Po pun mengeluh pada Master Shifu. “Aku
tak bisa menjadi guru. Aku tak bisa mengajar seperti dirimu, Master...” Lalu Shifu
menjawab dengan bijak “You don’t have to turn you into me, you have to turn you
into you...” Po bingung dengan jawaban gurunya itu.
Karena sedang bingung, Po pun pulang
ke rumahnya. Di rumahnya Po bertemu dengan ayah kandungnya, seekor panda
bernama Lee (selama ini Po dirawat oleh ayah angkatnya, seekor bebek). Po
terpisah dari keluarganya karena sebuah insiden (ada di seri yang kedua). Po
sangat sangat bahagia karena bisa bertemu dengan ayahnya, begitu juga dengan
seluruh penduduk desa dan teman-teman seperguruan Po yang terkejut ternyata
masih ada panda lain selain Po.
Di saat yang bersamaan munculah Kai.
Kai adalah teman dekat Master Ogwe (gurunya Master Shifu yang juga mahaguru
kungfu). Kai yang sudah mati berhasil kembali ke dunia fana setelah menghisap
chi Master Ogwe dan berniat menghisap seluruh chi dari master-master kungfu di
dunia, termasuk chi milik Po.
Menurut catatan dari Master Ogwe, Kai
hanya bisa dikalahkan oleh seorang Master chi yaitu panda. Sebab nenek moyang
panda lah yang mengajari Master Ogwe tentang chi. Lee pun menawarkan diri
mengajari Po tentang chi, dan untuk bisa mempelajarinya, Po harus pulang ke
desa rahasia yaitu desa para panda yang masih tersisa, Po harus belajar
bagaimana menjadi panda yang sesunggunya, bagaimana panda tidur, bagaimana
panda makan, dan bagaimana kebiasaan-kebiasaan seekor panda.
Ternyata Lee berbohong. Sesungguhnya
ia dan para panda yang lain tidak tahu menahu tentang chi. “Maybe we used to,
but not anymore...” kata Lee. Lee mengajak Po pulang ke desa karena ia tak
ingin kehilangan Po lagi.
Po sangat kecewa. Ia pun membuat
patung berbentuk Kai dan berlatih dengan putus asa. Ia sadar tak mungkin
mengalahkan Kai dan pasukannya seorang diri. Lalu Lee muncul. Ia menawarkan
diri untuk membantu Po mengalahkan Kai. Tak hanya Lee, namun ayah bebek dan
panda-panda yang lain juga bersedia membantu.
Dan di sinilah dialog yang sangat sangat
penting terjadi...
“But You don’t even know kungfu..”
ujar Po
“Then you wil teach us...” jawab Lee
“What?! I can’t teach you kungfu...I
couldn’t teach tigers and she already knows kungfu...”
“..but you have to belive me....we
can do this..we can learn kungfu...we can be just like you!” kata Lee dengan
yakin
Po tersadar...
“What did you just say?” tanya Po
“Eee...we can do this?”
“No...”
“Ee..we can learn kungfu?”
“After that...”
“We can just like you?”
“Yes!”
“We can?”
“No! You can’t! Hohoho...but you
don’t have to be.. That’s was Shifu meant. I don’t have to turn you into me. I
HAVE TO TURN YOU INTO YOU!
Po pun menemukan semangatnya kembali.
Akhirnya ia mengerti apa maksud dari kata-kata Master Shifu yakni bahwa Po tak
perlu mengajar kungfu seperti Master Shifu, tapi Po akan mengajar kungfu dengan
gayanya sendiri. Ia pun mengajar kungfu pada panda-panda. Po berkata pada
mereka bahwa kekuatan terhebat muncul dari siapa diri kita yang sebenarnya, muncul
dari apa yang paling kita sukai, muncul dari apa yang paling kita kuasai, dan dari
apa yang membuat kita merasa “ini gue banget”.
Panda yang suka memeluk, ia latih
untuk memeluk kayu yang keras hingga kayu itu hancur. Panda yang suka
menendang, ia latih untuk menendang-nendang bakpao dan tidak boleh jatuh ke
tanah. Panda yang suka menari dengan pita, ia latih gerakan kungfu dengan pita.
Begitu juga dengan panda-panda yang lain.
Latihan pun ia tingkatkan. Yang suka
memeluk, ia minta untuk memeluk kayu yang lebih besar lagi dan memeluk lebih
kuat hingga kayu itu hancur. Yang suka menendang, sekarang ia latih untuk
menendang petasan. Yang suka menari dengan pita, ia latih untuk menari dengan
rantai. Panda yang suka bergulung, ia latih untuk bergulung lebih cepat, dll.
Hingga akhirnya Po yakin bahwa mereka sudah siap untuk menghadapi Kai dan
pasukannya.
Tigers (teman seperguruan Po) sampai
bingung, apa dengan dilatih begitu panda-panda ini bisa menghadapi Kai dan
pasukannya yang sangat kuat. And...they didi it! Mereka berhasil melumpuhkan
pasukan Kai.
Bagi saya apa yang disampaikan
Master Shifu dan apa yang dilakukan oleh Po dalam melatih panda-panda itu
adalah kunci dasar dari pendidikan, termasuk dalam mendidik anak kita. Mengapa?
Karena setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini adalah unik, tidak sama antara
yang satu dengan yang lain, dan tidak bisa pula disamakan. Setiap anak punya karakter
yang berbeda, punya cara belajar yang berbeda, dan punya potensi yang
berbeda-beda.
Ada orang yang lebih mudah
mempelajari sesuatu dengan mendengar, ada yang lebih mudah mempelajari hal baru
dengan cara melihat atau membaca, namun ada pula yang baru dapat mempelajari
sesuatu jika mereka mempraktekkannya atau jika mereka bergerak. Ada orang yang
cerdas dalam bidang musik, ada yang cerdas dalam bidang sains, ada yang suka
dengan alam, dan lain-lain.
Sehingga hal terbaik dalam mendidik
ialah mengetahui seperti apa karakter anak yang kita didik, mengenali potensinya,
dan mengenali cara belajarnya, sehingga ia bisa diajari atau dididik dengan cara
tepat dan menjadi orang yang berhasil.
Dan sehingga kita tak perlu iri atau
gelisah bila anak teman kita atau anak tetangga atau anak saudara pandai bicara
di depan orang banyak, sedang anak kita pemalu. Atau anak lain nilai pelajaran matematika
dan sains nya sempurna, sedang anak kita tidak. Siapa tau anak kita memang
karakternya berbeda dan punya potensi dahsyat di bidang yang lain. Kita sebagai
orang tuanya lah yang harus mencari tahu, mengembangkannya dengan cara yang
tepat, dan berkata “We won’t turn you into them, kids...we will turn you into you! Just be who you are!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar