Beberapa hari lalu saya iseng-iseng nonton tv, sambil
santai sejenak sebelum tancap gas lagi mengerjakan pekerjaan rumah. Saya pilih
nonton infotainment saja, untuk sekedar hore-hore alias hiburan ringan, karena jenuh
tv-tv lain membahas kedatangan seorang raja ke Indonesia.
Rupanya sebuah infotainment sedang menyiarkan sebuah
jumpa pers dari seorang selebritis, atau mungkin lebih tepatnya istri
selebritis. Jumpa pers itu adalah penjelasan dari si istri bahwa betul rumah
tangganya sedang diambang perceraian karena sang suami telah menjatuhkan talak.
Sambil berair mata ia bercerita bahwa dirinya sudah melakukan segala upaya
termasuk bersujud dan mencium kaki suaminya agar tidak terjadi perceraian. Saya
sendiri kaget, karena seingat saya mereka ini baru saja menikah beberapa waktu
yang lalu. Dan ternyata betul, si istri di jumpa pers itu menyebutkan bahwa
rumah tangga mereka baru berjalan 8 bulan! Sudah akan cerai?
Saya tak ingin berkomentar lebih jauh tentang mereka,
karena itu urusan rumah tangga mereka yang sifatnya sangat sangat pribadi.
Tentu saya hanya orang luar yang tidak
tahu menahu tentang urusan itu, sangat luar, karena saya memang nggak kenal
mereka. Tapi kalau boleh jujur, apa yang saya tonton pagi itu membuat hati ini
sedih, karena teringat kembali dengan kata-kata dari Bunda Elly Risman. Kurang
lebih kalau saya sarikan intinya, begini perkataan beliau “Banyak orang tua
yang menyiapkan anaknya untuk berprestasi secara akademik, jadi juara kelas,
juara ini juara itu, kuliah di perguruan tinggi ternama, dapat pekerjaan yang
bergaji banyak dll. Namun... tak banyak orang tua yang menyiapkan anaknya untuk
kelak menjadi suami yang sholih dan istri yang sholihah”.
Yap bapak ibu dan teman-teman, mendidik anak agar kelak
mereka memiliki bekal yang cukup untuk berumah tangga adalah juga kewajiban
kita sebagai orang tua! Dan bekal untuk berumah tangga tidak hanya cinta!
Lalu bekal apa yang harus diberikan pada anak-anak
supaya kelak mereka siap memasuki hidup baru yang masih abstrak bagi mereka
(menjadi suami atau istri)?
- Bekal
komunikasi. Salah satu masalah besar yang kerap kali terjadi dalam rumah tangga
dan sering menjadi penyebab perceraian ialah masalah komunikasi antara
suami dan istri. Apalagi suami dan istri punya latar belakang dan dibesarkan
dalam keluarga yang berbeda dan punya cara ngomong yang berbeda pula.
Sehingga kita perlu mengajarkan
kepada anak- anak kita agar bisa berkomunikasi dengan baik. Tak hanya mengajari
mereka agar bisa bicara, namun mengajari mereka untuk berani mengungkapkan apa
yang mereka rasa perlu untuk mereka ungkapkan. Bukan yang “ingin”, tapi yang
“perlu” untuk diungkapkan.
Ajari mereka agar bisa
berbicara dengan santun kepada siapapun, terbiasa untuk mengucapkan maaf bila berbuat salah sekecil apapun,
mengucapkan terima kasih bila ada
kebaikan dari orang lain sesederhana apapun itu, mengucapkan tolong jika butuh bantuan, dan memaafkan kesalahan orang lain.
Ajari pula mereka tentang
filisofi mengapa Allah memberi kita 2 telinga dan 2 mata, namun hanya 1 mulut.
Yakni biasakan mereka untuk mendengar (listening
not only hearing). Sebab banyak orang bisa berbicara dan ingin didengarkan,
namun tak banyak orang yang bisa (bersedia) mendengarkan.
- Perlu juga mengajari anak-anak agar punya jiwa usahawan. Tak ada salahnya membiasakan mereka sudah bisa cari uang sendiri sejak kecil dan menabung untuk hari esok yang tak terduga. Bila mereka gagal, terus berikan semangat. Sampaikan bahwa dengan gagal berarti kita tahu bahwa cara yang kita pakai tidak berhasil sehingga kita harus memikirkan cara yang lain, it’s not the end of the world and life must go on, kids!
- Tak perlu malu dan tabu memberikan pendidikan reproduksi pada mereka. Ajari mereka mengenal jenis kelamin mereka dan jenis kelamin yang lain, ajari bagaimana cara berpenampilan sesuai jenis kelaminnya dan menutup auratnya, ajari nama biologis dan kegunaan organ-organ tubuhnya termasuk organ reproduksi dan bagaimana cara menjaga serta merawatnya dll, termasuk segala sesuatu tentang hubungan suami istri atau hubungan intim. Tentu saja pendidikan reproduksi ini diberikan sesuai usia dan tingkat pemahaman mereka, dengan bahasa yang mudah mereka pahami pula.
- Kalau yang ke
empat ini sebetulnya sharing dari pengalaman pribadi. Ketika sedang ada
masalah dengan pasangan, seseorang pernah memberikan sebuah nasihat analogi
pada saya.
Begini analoginya...
Misalnya kita jatuh cinta
pada seseorang, katakanlah seorang aktor top korea. Orangnya tampan, baik sekali
dan ternyata ia juga sangat suka pada kita. Lalu suatu hari, sebagai tanda
cintanya, ia memberi kita seekor kucing, minta tolong kita untuk menjaganya
sebentar. Tentu kita akan berusaha menjaga si kucing dengan sebaik mungkin,
takut kalau sampai si aktor tahu kita tidak merawatnya dengan baik.
Nah senakal-nakalnya
kucing itu, kita ingat bahwa kita mencintai si aktor (pemilik kucing itu) dan
si aktor juga mencintai kita, dan kucing ini adalah titipannya, maka kita tak
akan terlalu sedih ketika si kucing mencakar atau bahkan menggigit kita.
Ketika si kucing menyakiti
kita, kita tinggal telpon si aktor dan berkata “Aktor...kucingmu ini
menyakitiku. Tolong beri tahu aku cara menghadapinya....”
Memang ini analogi yang
cukup unik hehehe...tapi analogi ini cukup masuk akal bagi saya dan mampu
menguatkan saya ketika ada masalah rumah tangga. Sebab sesungguhnya
suami/istri, anak, mertua, dll bukan milik kita. Mereka adalah titipan dari
Allah, Dzat yang seharusnya jauh lebih kita cintai. Jadi kalau ada apa-apa,
kembalikan padaNya.
Nah, analogi ini bisa kita
sampaikan pada anak-anak ketika mereka akan menikah. Sehingga kita sebagai
orang tua tak hanya disibukkan dengan urusan gedung, undangan, katering, dll.
Dan banyak lagi bekal yang bisa diberikan pada anak-anak
agar kelak mereka dapat mengarungi kehidupan rumah tangga dan amanah dengan
kewajibannya. Yang jelas, mulai saat ini, masukkan poin menjadi suami sholih dan menjadi istri sholihah sebagai tujuan
mendidik dan membesarkan anak, tak hanya agar mereka menjadi juara kelas.
Semoga bermanfaat.