Selasa, 15 Agustus 2017

BELAJAR MENDIDIK ANAK DARI MONYET

George nama monyetnya, dari sebuah film kartun berjudul “Curious George”. Salah satu film kartun favorit saya dan iin (anak saya), yang di putar di salah satu stasiun televisi swasta setiap pagi. Mungkin Anda juga pernah menonton filmnya.

Izinkan saya mereview sedikit film kartun ini. Film ini bercerita tentang keseharian seekor monyet baik hati bernama George, yang cerdas, kreativ, pantang menyerah, suka menolong, dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga judulnya “Curious George”.

George tinggal bersama seorang pria bernama “Pria bertopi kuning” (begitulah ia disebut dalam film itu, sebab pria itu memang selalu memakai topi berwarna kuning hehehe...), di apartemen di sebuah kota.

Namun adakalanya pula mereka berdua menghabiskan akhir pekan di sebuah desa tak jauh dari kota tersebut. Di desa itu, George memiliki banyak teman. Salah satunya ialah Bill, seorang remaja desa yang ramah dan sehari-hari bekerja sebagai loper koran.

Nah ada sebuah episode dari film “Curious George” yang menarik perhatian saya, sebab menurut saya di dalamnya terdapat sebuah pelajaran parenting yang cukup penting.

Saya lupa judul episode itu, namun kurang lebih begini ceritanya...

Suatu hari Bill dan George sedang asyik bermain layangan. Tiba-tiba angin kencang datang dan merusak layangan mereka. Meski sedih, akhirnya mereka berdua sepakat untuk membeli layangan baru.

Lalu Bill dan George datang ke sebuah toko layangan sambil membawa uang tabungan mereka masing-masing. Rupanya di toko itu dipajang sebuah layangan besar berbentuk seperti pesawat. Bill dan George sangat tertarik untuk membelinya. Sayang, ternyata uang tabungan mereka berdua tak cukup untuk membeli layangan itu. Kemudian si penjaga toko berkata :

“Kalau kalian memang sangat menginginkan layangan itu, kami akan menyimpan uang kalian ini, dan menyimpankan layangan itu untuk kalian sampai hari senin (saat itu hari sabtu). Semoga hari senin kalian sudah mempunyai uang untuk membayar sisanya”.

Mendengar hal itu, Bill dan George menjadi bersemangat. Masih ada harapan bagi mereka untuk memiliki layangan itu.

Dan, di sinilah pelajaran penting parentingnya...

Yang dilakukan oleh Bill dan Geroge setelah itu bukanlah pergi ke orang tua dan MEMINTA UANG untuk bisa membeli layangan yang mereka inginkan. Namun yang mereka lakukan ialah menyusun rencana untuk bisa MENDAPATKAN UANG.

Bill dan George lalu menelpon beberapa tetangga di desa dan menanyakan adakah pekerjaan yang bisa mereka berdua lakukan untuk hari minggu besok. Ternyata ada! dan cukup banyak, mulai dari mencabut rumput, mengecat gudang, menemani anjing tetangga jalan-jalan, dan banyak lagi.

Agar tidak bingung, Bill dan George membuat daftar urutan beserta estimasi waktu untuk setiap pekerjaan, agar semua pekerjaan dapat selesai dalam sehari.

Keesokan paginya mereka berangkat bekerja sesuai waktu yang ditentukan. Ternyata tidak mudah! Pekerjaan pertama ialah mencabut rumput di halaman seorang tetangga. Ternyata halamannya lebih luas dari yang mereka bayangkan, sehingga mereka berdua harus bekerja dengan lebih cepat agar tak meleset dari estimasi waktu yang sudah disusun.

Pekerjaan berikutnya ialah menemani anjing-anjing tetangga jalan-jalan. Selanjutnya ialah mengecat gudang. Bill dan George senang sekali karena sampai sejauh itu semuanya berjalan lancar sesuai estimasi waktu. Tiba-tiba ujian datang kembali. Hujan turun dan cat gudang yang masih basah itu pun luntur.

Bill dan George sedih, sebab mereka tak bisa menghentikan hujan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya pun tertunda hingga hujan reda. Sambil menunggu di dalam gudang, mereka memutuskan untuk membagi pekerjaan, sebagian dilakukan oleh Bill dan yang sebagian lagi oleh George. Dan mereka langsung memulainya begitu hujan reda sebelum nanti turun kembali.

George kebagian melakukan pekerjaan di rumah sepasang suami istri petani, Pak dan Ibu Renkins. Karena hari sudah siang, Bu Renkins menawari George untuk makan siang dulu. George yang sudah lapar langsung menyetujuinya.

Sambil makan siang mereka bertiga mengobrol. Rupanya Pak dan Bu Renkins tahu dari penjual layangan bahwa Bill dan George sedang berusaha mengumpulkan uang untuk membeli sebuah layangan. Maklumlah, di desa berita mudah menyebar. Lalu dengan bahasa monyet, George bercerita bahwa pekerjaan mereka terganggu oleh hujan. Pak Renkins pun memberi nasehat semacam pepatah para petani, “kita memang tidak bisa mengendalikan cuaca, namun kita bisa menyiasatinya”. Artinya, jika cuaca di luar sedang tidak bagus, maka yang dilakukan oleh para petani ialah bekerja di dalam ruangan, seperti mengolah hasil pertanian untuk menjadi produk-produk baru.

Akhirnya George yang cerdas mendapat ide! Ia harus membagi pekerjaannya, mana pekerjaan yang di dalam ruangan (indoor) dan mana pekerjaan yang di luar ruangan (outdoor). Pekerjaan outdoor harus dilakukan selama hujan belum turun kembali. Dan bila hujan turun, mereka tinggal melakukan pekerjaan-pekerjaan indoor. George segera menemui Bill untuk memberitahukan idenya, dan Bill setuju.

Akhirnya semua pekerjaan pun selesai di hari minggu! Dan keesokan harinya mereka sudah memiliki uang untuk membeli layang-layang yang mereka inginkan!

Sungguh luar biasa! Meski saya mungkin terlalu tua untuk nonton kartun, namun saya ikut terharu dan senang Bill dan Geroge akhirnya mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan kerja keras dan pantang menyerah.

Di situlah pelajaran parentingnya. Bagi saya, penting untuk mengajarkan pada anak bahwa dalam hidup ini kita memang harus bekerja keras dan pantang menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sebab yang kita inginkan itu tak langsung jatuh dari langit.

Dan ini bisa ditanamkan dalam diri anak-anak sejak mereka masih kecil, sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan mereka. Biasakan mereka untuk bekerja atau berusaha terlebih dulu sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal-hal yang berupa sandang, pangan, papan, dan sekolah merupakan kewajiban orang tua untuk memenuhinya. Sedangkan hal-hal yang sifatnya keinginan, bagi saya, anak harus bekerja dulu untuk mendapatkannya.

Beberapa waktu yang lalu iin (anak saya) minta dibelikan stiker dinding. Lalu saya ajak ia membuat celengan dari mangkok plastik bertutup. Atasnya saya lubangi untuk celah memasukkan uang. Lalu saya katakan padanya...

“Sayang, harga stiker dindingnya kan sepuluh ribu. Nah iin kerja dulu bantu bunda. Setiap pekerjaan iin bunda hargai lima ratus rupiah, atau iin juga boleh bikin hiasan dari kertas lipat, nanti bunda beli hiasannya. Terus uangnya iin masukkan ke mangkok ini. Nanti kalau sudah terkumpul sepuluh ribu, kita beli stiker dinding. Oke?”

Dan kami pun sepakat. Tentu pekerjaannya saya sesuaikan dengan kemampuan iin, seperti membantu saya menyapu lantai, merapikan tempat tidur, menggulung karpet setelah acara arisan di rumah, menjemur cucian, menyiram rumput, membuat bentuk-bentuk dari kertas lipatnya, dll. Saya tidak melihat hasilnya, karena tentu hasilnya belum sempurna, tapi saya melihat usaha dan kesungguhannya.


Suatu kali setelah membantu saya menjemur cucian, ia berkata “Fiuhhh...capek bun..”. Dan saya pun menjawab “Semangat nak, dalam hidup ini kita memang harus kerja keras, tapi nanti hasilnya akan terasa manis.” Mungkin jawaban saya masih terlalu abstrak untuk otak 4 tahunnya, tapi semoga suatu hari nanti ia memahaminya.