Kamis, 27 Juli 2017

BELAJAR PARENTING DARI LAUNDRY


Di Jogja ini kami tinggal di rumah yang dikelilingi oleh sejumlah kampus. Karena itulah di sekitar sini bermunculan usaha-usaha yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa, mulai dari warung makan, warung internet, rental komputer, fotocopy, mini market, jual pulsa dan kuota, hingga laundry. Dari sekian banyak jenis usaha yang menjawab kebutuhan mahasiswa itu, ada satu yang menarik perhatian saya, yakni laundry.

Mengapa laundry? Sebab, di sini hanya setiap beberapa meter saja Anda akan menjumpai laundry, bahkan ada pula yang bersebelahan namun beda pemilik. Uniknya, meski mereka berdekatan bahkan berdempetan, nyatanya setiap laundry tersebut tetap kebanjiran order cuci dan setrika. Wah wah wah apakah mahasiswa zaman sekarang begitu sibuknya hingga tidak sempat lagi mencuci dan menyetrika pakaiannya sendiri? Seingat saya, ketika kuliah dulu, saya dan teman-teman saya, minimal yang satu kos dengan saya, juga sibuk, tapi masih sempat mencuci dan menyetrika pakaian sendiri. Saat itu usaha laundry sudah ada, tapi belum sebanyak sekarang.

Tentu boleh-boleh saja mencucikan atau menyetrikakan pakaian di laundry. Namun bagi saya, kemampuan mencuci baju sendiri, menyetrika, memasak, bersih-bersih adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Minimal BISA dan TERBIASA, tak harus menjadi yang ahli. Mungkin terlihat sepele, tapi kemampuan-kemampuan itu sesungguhnya kita butuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebab kita tak selalu dapat mengandalkan orang lain melakukannya untuk kita atau kita tak selalu memiliki uang untuk membayar jasanya.

Kemampuan-kemampuan dasar seperti itu pun akan sangat berguna, baik ketika kita masih hidup sendiri (single) maupun ketika sudah berumah tangga. Tak jarang saya mendengar ibu-ibu yang mengeluh betapa lelahnya mereka melakukan pekerjaan rumah tangga, mulai dari bersih-bersih rumah, memasak, mencuci baju orang-orang serumah, menyetrikanya, belum lagi ditambah harus mengurus anak. Lha kemana para ayah? Terlalu sibuk mencari nafkah? Atau terlalu fokus berkarya untuk masyarakat? Atau sejak kecil tak terbiasa bahkan tak bisa melakukan pekerjaan- pekerjaan rumah tangga tersebut?

Bayangkan bila para ayah ikut membantu meringankan pekerjaan rumah para ibu. Kalau mencuci baju orang-orang serumah tidak sempat, minimal cucilah sendiri baju Anda, setrikalah sendiri pakaian Anda sebelum berangkat kerja, cuci sendiri piring Anda setelah makan. Jika Anda pulang kantor dan ternyata istri Anda belum sempat masak, miminal Anda bisa masak nasi sendiri di rice cooker dan goreng telor. Syukur syukur kalau goreng telornya lebih dari satu, biar bisa sekalian untuk istri dan anak Anda juga hehehe... Sangat bermanfaat kan?

Nah, agar bisa dan terbiasa, ada baiknya kemampuan-kemampuan dasar tersebut ditumbuhkan sejak masih anak-anak, baik anak perempuan maupun anak laki-laki. Berikan kesempatan mereka untuk mencoba melakukannya. Karena anak-anak adalah makhluk dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan suka meniru, biasanya mereka ingin ikut menyapu bila ibu atau ayahnya menyapu, ingin ikut pencet mesin cuci, ikut aduk-aduk masakan, ikut cuci piring atau cuci mobil sambil main air, dan lain-lain. Dari pada menyuruh mereka minggir jauh-jauh apalagi memarahi (sebab sesungguhnya niat mereka baik, tapi biasanya hasilnya berantakan hehehe...), lebih baik kita beri kesempatan mereka untuk mencobanya (tentu masih dalam pengawasan kita), sambil memberi penjelasan tentang pekerjaan yang sedang mereka lakukan, sekaligus berikan apresiasi juga untuk mereka.

Misalnya :
“Adek mau ikut Ayah cuci baju? Yuk kita ambil bangku kecil, duduk di sebelah Ayah sini ya... Bajunya sudah Ayah rendam pakai air sabun. Sekarang kita kucek yuuk.. Adek kucek kaos kaki adek yaa..begini caranya...”

“Adek mau ikut bunda cuci piring? Yuk yuk kita ambil bangku dulu, berdiri dekat bunda sini...Nah kita mulai cuci piringnya ya. Yang ini namanya spons. Sponsnya  kita kasih sabun yuk. Terus kita gosok piringnya pakai spons sampai berbusa. Kita bisa bikin balon sabun juga lho... Nah sekarang piringnya kita mandiin di bawah pancuran yaaa... Sudah selesaiii! Asyik kan... Terima kasih ya sayang sudah bantu bunda cuci piring...”


Semoga dengan terus diberi kesempatan mencoba, diajari dengan sabar dan menyenangkan, serta diapresiasi, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain. Aamiiin...