Selasa, 05 Juni 2018

AYAH BUNDA, LEBARAN NANTI DAHULUKAN MINTA MAAF PADA ANAK


Saya pribadi termasuk orang yang jarang ngobrol dengan bapak dan ibu, baik tentang hal-hal yang sepele apalagi tentang hal-hal yang sifatnya personal. Bapak pekerja keras. Sebagian besar waktu dari senin sampai sabtu, dari subuh hingga maghrib bapak gunakan untuk mencari nafkah. Bahkan tak jarang di tanggal merah pun bapak tetap masuk kerja. Itu semua bapak lakukan agar saya dan 3 saudara saya bisa sekolah tinggi melebihi bapak.

Sementara ibu setiap hari sibuk mengurus pekerjaan rumah beserta kami berempat yang beliau rasa tak ada habis-habisnya, sambil memendam kekecewaan sebab bapak melarangnya berkarir di luar, sehingga tidak jarang kami berempat menjadi sasaran pelampiasan kekecewaan dan kejenuhan ibu. Alhasil banyak momen dalam hidup saya dimana bapak dan ibu tidak hadir di situ.

Pernah ada masa-masa di mana saya menuntut perhatian mereka, menuntut hal-hal yang mestinya saya dapatkan dari mereka. Bukan hanya makan, baju, tempat tinggal, dan kesempatan bersekolah semata, tapi juga kehadiran mereka secara utuh lahir batin fisik dan pikiran untuk saya.Tak peduli sesibuk apapun mereka atau sedang punya masalah apa. Sebab saya toh tak pernah minta dilahirkan oleh mereka.

Akhirnya saya azzam-kan niat dalam hati saya, bila kelak saya punya anak, saya akan berusaha sungguh-sunguh untuk menjadi orang tua terbaik bagi anak saya. Saya ingin hadir terutama di momen-momen penting dalam hidupnya secara utuh. Saya ingin mengasuhnya dengan segenap kasih sayang dan perhatian yang bisa saya berikan. Pokoknya saya ingin memberikan padanya apa-apa yang tidak saya dapatkan dari bapak dan ibu!

Tapi Allah memang sutradara terbaik.

Ketika sekarang sudah menjadi ibu, sebelas dua belas saya merasakan apa yang ibu saya rasakan dulu. Lelah dan jenuh dengan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak (padahal anak saya baru satu). Belum lagi bila sedang ada masalah dengan suami. Hingga tak jarang emosi-emosi negativ itu saya tumpahkan pada anak. Begitu pula dengan ayah yang sebagian besar waktu, tenaga, dan pikirannya terserap di tempat kerja demi mencari nafkah untuk keluarga. Sehingga pulang ke rumah membawa sisa: sisa waktu, sisa tenaga, dan sisa pikiran untuk berhadapan dengan anak.

Ayah Bunda,
Saya yakin setiap kita pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Namun apalah daya, kita ini tetaplah manusia. Pasti ada saat dimana kita khilaf dan salah ketika mengasuh dan membesarkan anak-anak, entah karena sedang lelah, jenuh, stress, ataupun karena kurangnya ilmu yang kita miliki. Namun kita tak mungkin bisa memutar waktu seolah kesalahan dan kekhilafan itu tak terjadi, bukan? Sehingga yang perlu dan harus kita lakukan ialah MEMINTA MAAF pada anak-anak.

Ya, M-A-A-F...cukup 4 huruf.

Namun, meski hanya 4 huruf dan hanya butuh satu tarikan nafas pendek saja untuk mengucapkannya, nyatanya tak semua kita bisa mudah meminta maaf dengan tulus dan sungguh-sungguh. Apalagi orang tua pada anak-anaknya. Bisa karena gengsi “Masa orang tua minta maaf ke anak?! Anak lah yang harus minta maaf ke orang tuanya!”. Bisa pula karena memang sejak dulu tak terlatih dan tak dilatih untuk meminta maaf setelah melakukan kesalahan. Padahal sekali lagi, orang tua juga manusia yang tentu bisa salah juga, kan? Dan bagaimana mungkin kita bisa punya anak yang dengan tulus meminta maaf pada orang tua bila orang tuanya tak lebih dulu mengajarkan dan mencontohkan untuk meminta maaf?

Tak hanya itu ayah bunda, ternyata kata MA-AF yang cuma 4 huruf ini juga punya kekuatan sakti untuk mencairkan kembali hubungan yang dingin bahkan beku antara orang tua dan anak. Bagi anda para orang tua yang bertahun-tahun hubungan dengan anak-anak tidaklah hangat, hanya ngomong seadanya dan seperlunya meski dalam satu rumah, atau sering nggak nyambung dan salah paham ketika berkomunikasi, cobalah urai kebuntuan dan kebekuan itu dengan mengucap MA-AF pada anak-anak. Katakan “Nak, ayah/bunda minta maaf atas segala kesalahan ayah/bunda selama ini”. Cukup itu saja dulu. Dan tunggu rekasi dari mereka.

Apalagi di momen lebaran nanti. Sudah menjadi tradisi bukan bahwa masyarakat kita selalu mengucapkan “Mohon maaf lahir dan batin” ? Dan sudah menjadi tradisi pula anak-anak sungkem atau meminta maaf pada orang tuanya. Nah, tinggal menjadikan tradisi pula orang tua meminta maaf pada anak-anaknya. Lebih juara lagi bila orang tua yang mengawali meminta maaf terlebih dahulu, dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam dan tanpa gengsi sama sekali. Semoga satu kata  yang diucap dengan niat yang baik ini bisa membawa perbaikan dan keberkahan dalam hubungan antara orang tua dan anak.

Aamiin...