Selasa, 16 Mei 2017

KATAKAN MAAF, NAK...


Suatu hari ketika sedang makan malam, tiba-tiba ayah menggebrak meja makan. Saya yang saat itu sedang mengerjakan PR di dalam kamar langsung kaget. Karena penasaran tapi juga takut, saya buka pintu kamar sedikit dan mengintip ke ruang makan. Dengan nada marah ayah berkata “Makanan kok nggak ada yang enak sih!”. Kemudian dengan nada pasrah ibu mejawab “Saya sudah berusaha masak...”.

Perasaan saya langsung campur aduk nggak karuan melihat kejadian itu. Di satu sisi saya sedih dan sangat kasihan melihat ibu. Sebab ibu pasti sudah susah payah menyiapkan makan malam. Saya masih ingat, malam itu ibu masak rawon dan beberapa lauk lain. Dan menurut saya rasanya enak. Masak rawon kan tidak sesederhana nyeplok telur atau goreng tempe. Apalagi sekarang saya juga sudah jadi istri dan ibu. Saya semakin tahu bagaimana rasanya bila masakan yang sudah saya buat dengan susah payah tidak dihargai apalagi dibilang nggak enak oleh suami. Saya pun jadi marah dan sebal melihat perbuatan ayah itu.

Namun di sisi lain, saya yakin ayah tidak bermaksud berbuat kasar pada ibu. Sebab ayah termasuk tipe yang santun dan jarang marah, tapi sekalinya marah maka gempar lah seisi rumah hehehe.... Ayah pun saat itu memang sedang tidak enak badan dan mungkin juga sedang banyak tekanan di kantor, sehingga ayah berkata seperti itu pada ibu.

Kejadian itu melekat sangat sangat kuat dalam ingatan saya. Saya tahu, ada kalanya dalam perjalanan rumah tangga, suami pernah menyakiti istri, atau istri pernah menyakiti suami, dengan bentuk dan kadar yang beragam. Sebab suami dan istri sama-sama hanya manusia biasa, tak lepas dari salah dan khilaf. Tapi ada satu hal yang barangkali sering terlewatkan, yakni meminta MAAF atas kekhilafan yang telah dilakukan.

Ya, walaupun hanya empat huruf dan hanya butuh satu tarikan nafas untuk mengucapkannya, nyatanya tak selalu mudah mengucap maaf. Alasannya bisa karena gengsi atau karena sejak kecil memang tidak terbiasa meminta maaf bila melakukan kesalahan, sehingga kurang memiliki empati, tidak merasa bersalah telah menyakiti orang lain, dan bahkan kesulitan mengucap MA-AF.

Sehingga, sebelum tumbuh menjadi orang dewasa yang sulit meminta maaf, maka sejak dini sangatlah penting untuk mengajari anak tentang maaf dan memaafkan. Bagaimana caranya?

Bisa jadi, kita sebagai orang tua seringkali menjumpai anak kita melakukan beragam kesalahan, misalnya menumpahkan makanan atau minumannya, memecahkan barang, merusak mainan, memencet-mencet laptop atau smartphone kita, menyobek buku atau pekerjaan kantor, menjahili adeknya, dan lain sebagainya. Dari pada meresponnya dengan membentak, memarahi, mengatainya nakal, mencubitnya, apalagi memukul, maka jauuuuuuh lebih baik kita mendekatinya, mensejajarkan tubuh kita dengannya, menatap matanya lekat-lekat, dan berkata dengan intonasi yang tenang namun dalam...

“Anakku sayang, kenapa kamu lakukan itu?”
Beri ia kesempatan untuk menjawabnya hingga tuntas.
Dan lanjutkan berkata “Apa yang kamu lakukan tadi itu adalah suatu kesalahan. Tolong jangan ulangi lagi. Dan sekarang ucapkan MA-AF”. Setelah ia mengucapkannya, katakan “Terima kasih nak karena sudah meminta maaf”. Lalu beri tahu ia apa konsekuensi dari kesalahannya. Misalnya bila ia tadi menumpahkan makanan atau minuman, maka ajak ia bersama-sama membersihkan tumpahannya.  

Pelajaran yang sama juga berlaku ketika anak berbuat salah pada selain orang tuanya, misalnya pada kakaknya, adiknya, saudaranya, temannya, bahkan pada pengasuhnya, asisten rumah tangganya atau orang yang tak dikenalnya sekalipun ia tak sengaja.

Tentu saja pelajaran mengucap maaf ini akan menjadi sia-sia, jika kita sebagai orang tua tak pernah meminta maaf pada anak ketika berbuat salah padanya. Maka bila kita menyakiti atau mengecewakan anak, katakan padanya “Nak, ayah/bunda minta maaf ya karena sudah.... Mau kah kamu memaafkan ayah/bunda?”.  Dari sini anak akan belajar bahwa setiap orang tak lepas dari kesalahan. Ia juga melihat bahwa orang tuanya tak gengsi untuk meminta maaf. Dan di saat yang bersamaan, anak pun belajar tentang ME-MAAF-KAN.

Semoga dengan cara ini anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang peka akan kesalahannya dan mudah untuk memaafkan. Semoga orang tuanya pun menjadi orang tua yang tak segan meminta maaf pada siapapun serta mampu memaafkan kesalahan,  baik kesalahan anak maupun kesalahan pasangan. Aamiiin...