Beberapa waktu lalu tetangga dekat rumah memarahi anaknya yang masih balita. Suara kerasnya
terdengar sampai rumah saya dan nada bicaranya yang membentak-bentak membuat si
anak tak berhenti menangis. Saya yang saat itu sedang membersihkan halaman
depan hanya bisa mengelus dada sambil berkata dalam hati “Tega juga ibunya marah-marah begitu. Padahal anaknya sangat lucu dan
menggemaskan sekali...”.
Seketika
itu juga Allah langsung menyentil saya dan seolah berkata “Memangnya kamu nggak pernah memarahi dan membentak anakmu???”
O
iya ya....langsung tepok jidat... dan istighfar banyak-banyak...
Ayah
bunda sekalian, tentang marah ini, ada pertanyaan untuk Anda (dan tentu juga
untuk saya)...
Misalnya
saja, Pak Presiden memiliki anak yang masih kecil lalu menitipkannya pada Anda,
berani tidak Anda memarahi dan membentaknya, apalagi sampai mencubit atau
memukulnya?
Saya
yakin ayah bunda akan kompak menjawab “Ya
enggak laaaaaaaah...yang benar saja.....”. Saya pun demikian.
Kalau
saya tanya lagi, kenapa?
Besar
kemungkinan Anda juga akan kompak menjawab “Ya karena itu kan anak orang lain,
bukan anak saya, anaknya presiden lagi....mana berani saya menyakitinya...”
Nah,
di sinilah poin menariknya.
Kita
(terutama yang punya “bakat” marah) bisa jadi akan dengan mudah mengomeli, mengata-ngatai
anak dengan kasar, membentak, mencubit, menjewer, bahkan memukul anak kita
sendiri. Apalagi ketika kita sedang lelah lahir dan batin, sedang stres, sedang
jenuh bin penat, sedang ada masalah dengan pasangan, sedang ada masalah di
kantor, dll. Kesalahan keciiiiil saja yang dilakukan oleh anak kita bisa membuat
kita “meledak”.
Tapi
bila yang melakukan kesalahan itu adalah anak presiden, hampir pasti kita tidak
akan berani memarahinya. Apalagi bila Pak Presidennya ada di situ juga dan
melihat. Barangkali kita akan berkata “Ah...nggak
apa-apa kooooook...namanya juga anak-anak ya kaaaaan...” sambil dipaksa-paksakan
tersenyum dan sekuaaaaaaat tenaga meredam emosi.
Padahal
ayah bunda...
Sadarkah
kita...
Bahwa
yang kita lahirkan, yang setiap hari ada di rumah, di dekat kita, dan kita sebut
sebagai anak kita itu SESUNGGUHNYA juga BUKAN milik kita.
Anak-anak
itu adalah MILIK ALLAH, Presiden dari segala presiden, dan Raja dari segala
raja. Kita ini hanya dititipi saja oleh Allah untuk mengasuh dan merawat mereka
sampai batas waktu tertentu.
Lalu
kenapa kita berani memarahi, membentak, menjewer, mencubit, apalagi sampai
memukulnya? Padahal suatu hari nanti Allah akan mengambil kembali titipanNya
dan meminta laporan pertanggungjawaban kita....
Astaghfirullahaladzim.....
Kalau
boleh jujur dari lubuk hati yang paling dalam, saya yakin 100% bahwa tak ada satu
orang tua waras pun di dunia ini yang ingin memarahi anaknya dalam bentuk
melukai perasaannya apalagi sampai menyakiti fisiknya.
Tapi
mengapa masih saja sulit untuk tidak memarahi anak?
Ada
beberapa kemungkinan penyebabnya, ayah bunda:
Pertama,
karena dulu kita dibesarkan juga dengan dimarah-marahi, sering dibentak-bentak,
dikata-katai kasar, dicubit, dijewer, bahkan dipukul pun pernah.
Ayah
bunda mungkin sudah sering mendengar bahwa anak itu ibarat giant sponge (mudah sekali menyerap semua yang dilihat, didengar,
dan dialaminya) sekaligus peniru paling ulung. Bukan kah kita semua ini adalah
anak dari orang tua kita. Jadi sudah pasti gaya pengasuhan orang tua kita dulu
akan berpengaruh pada bagaimana kita mengasuh anak-anak kita sekarang. Sampai-sampai
ada pepatah yang mengatakan bahwa buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya.
Jadi walau dalam hati sesungguhnya kita tak ingin, tapi akhirnya kita pun marah-marah
juga ke anak.
Kedua,
karena kita sedang sangat capek, baik capek secara fisik, apalagi bila batin ikut
lelah dan iman sedang turun, ditambah sedang ada masalah dengan pasangan,
dengan orang tua, mertua, atasan di kantor, dll. Kalau kata orang, sedang
episode senggol bacok hehehe... Dan sasaran yang paaaaling empuk untuk melampiaskan
semua sampah emosi itu adalah anak, apalagi yang masih kecil dan belum berdaya
untuk membela dirinya yang sesungguhnya tidak salah apa-apa....
Istighfar
lagi....
Jadi,
kita harus bagaimana???
Ayah
bunda yang baik, kita harus sadari terlebih dahulu bahwa sesungguhnya Allah itu
menganugerahi kita emosi LENGKAP, ada senang, ada sedih, ada takut, ada jijik,
termasuk juga marah.
Jadi
boleh saja kita merasa marah, termasuk bila anak-anak kita melakukan kesalahan,
apalagi bila mereka melanggar aturan yang sudah disepakati bersama.
Tapiiiiiiiiii.....ada beberapa hal yang harus kita pahami dan kita lakukan:
Pertama, kita
marah karena perbuatan salah yang dilakukan anak, bukan karena personal anak
kita. Jadi sejajarkan mata kita dengan matanya lalu katakan padanya “Ayah/bunda
marah karena kamu melakukan ini, tapi ayah/bunda tetap sayang padamu”. Dengan
cara ini pesan yang ingin kita sampaikan akan lebih mudah masuk dan dimengerti
oleh anak.
Sebaliknya,
jika kita mengomel tanpa henti, membentak, melabelinya nakal, apalagi mencubit
atau memukulnya, maka anak tidak akan mengerti bahwa ia baru saja melakukan
kesalahan. Yang ia pahami justru dua hal, pertama bahwa mengomel, membentak,
mencubit, dan memukul itu boleh dilakukan bila kita marah, dan kemungkinan
besar ia akan menirunya dan melakukannya juga. Kedua, ia justru merasa bahwa ia
tidak disayang oleh orang tuanya. Dan bila hal ini terjadi terus menerus, ia
akan merasa tidak berharga, tidak diinginkan, tidak berarti, dan akan tumbuh
menjadi pribadi yang tak memiliki nilai diri. Ini sungguh berbahaya bagi anak
dan masa depannya.
Kedua, wajar
bila emosi kita mudah sekali tersulut ketika sedang lelah. Sehingga sejatinya
setiap kita, baik ayah maupun bunda, sama-sama butuh istirahat dan refreshing,
untuk memulihkan kembali jiwa dan raga, serta men-charge energi agar siap
mengahadapi hari, termasuk juga menghadapi anak-anak.
Tentu
istirahat dan refresing-nya harus disesuaikan pula dengan kondisi kita saat ini
yang sudah tak lajang lagi dan sudah punya keluarga yang Allah amanahi. Sehingga
ayah bunda bisa mengomunikasikan ini dengan pasangan, agar ada waktu untuk
me-time barang sebentar.
Kalaupun
ternyata pasangan kita tak bisa diajak bekerja sama, maka ayah bunda harus
mengusahakan sendiri untuk ada kesempatan istirahat/refreshing/me-time. Tak
harus yang mahal dan besar, bisa dengan cara-cara yang sederhana, seperti mandi
supaya segar kembali, minum secangkir teh hangat, dll.
Ketiga, bila
ayah bunda sedang merasa sangat sangat sangat emosi, bahkan rasanya sudah
memuncak sampai ke ubun-ubun, lalu kita mendapati anak kita melakukan
kesalahan, maka kita HARUS SEGERA keluar dari situasi itu. Bukan berarti keluar
dari rumah, tapi keluar dari situasi.
Kata
Baginda Rosul SAW “Jika kamu marah dalam
keadaan berdiri, maka duduklah. Jika kamu masih marah, padahal sudah dalam
keadaan duduk, maka berbaringlah. Jika kamu masih marah padahal sudah dalam
keadaan berbaring, maka segera bangkit dan ambil air wudhu untuk bersuci, lalu
lakukan sholat sunnah dua rokaat.”
Inilah
yang saya maksud dengan keluar dari situasi itu. Harus ada movement, harus ada
pergerakan yang bisa memecahkan ketegangan. Misalnya pergi ke dapur untuk
minum, pergi ke halaman untuk bernafas, dll. Sebab bila tidak, maka bara emosi
akan semakin besar dan mendorong kita melakukan hal-hal yang bisa menyakiti
anak.
Jika
sudah terlanjur???
Tak
apa ayah bunda. Kita ini manusia. Bukan malaikat. Dan Allah sudah tentu tahu
itu. Jadi segera MOHON AMPUN. Mohon ampun banyak-banyak dan bertaubat sungguh-sungguh.
Lalu lakukan hal yang tak kalah penting, yakni MINTA MAAF pada anak dan
sampaikan padanya bahwa kita tetap menyayanginya dan ia pun boleh mengingatkan
kita bila kita marah.
Memang
tak mudah. Namun bukan berarti tak mungkin untuk dilakukan. Jadi mari kembali
pada Allah Sang Penggenggam diri dan hati agar dibimbing selalu dalam mengasuh
dan membesarkan anak-anak. Sebab tak ada daya dan kekuatan selain dari Allah
SWT.
Sebagaimana
pesan nabi “Siapakah yang kalian anggap
paling perkasa? Kami menjawab : orang-orang yang tak bisa dikalahkan oleh
siapapun. Nabi bersabda : Bukan itu, melainkan orang-orang yang dapat
mengendalikan dirinya pada saat marah.” (HR. Muslim)
Tulisan
ini adalah pengingat bagi saya pribadi.
Dan
semoga juga bermanfaat untuk Anda.
mbak, aku juga kdg suka kelepasan kt2 kasar ma anakku pas marah...mmg kita harus pandai2 mengendalikan diri ya
BalasHapusBetul banget mbak...
HapusAku juga gitu...
Habis itu rasanya nyeseeeeel banget dan pas anakku sdh tidur, aku langsung meweeek...