Sabtu, 25 April 2020

NGAJI (tak hanya untuk) JOMBLO


Sejak sehari sebelum ramadhan, saya punya satu kebiasaan baru. Berawal dari tidak sengaja alias iseng-iseng saja. Apa itu? Mendengarkan siaran langsung kajian ustadz Felix Siauw dari akun instagramnya.

Kenapa tidak sengaja, karena jujur saja, walau sudah agak lama saya punya akun instagram, tapi baru kali itu lah saya iseng-iseng meng-klik siaran langsung dari suatu akun hehehe.... Dan passs sekali itu akun @felixsiauw. Beliau sedang mengadakan siaran langsung bertajuk “Ngaji Jomblo”. Ini semacam kajian online yang berseri untuk para jomblo. Berisi arahan step by step bagi para jomblo untuk memperbaiki diri dan menentukan langkah-langkah syar'i untuk menemukan jodohnya.

Lah, kalau kajiannya untuk jomblo, lantas mengapa saya yang sudah tidak jomblo lagi ini ikut menyimak? Bahkan menunggu-nunggu nya setiap siang hari? Ada dua alasannya.

Pertama, karena ustadz Fellix ini ngomongnya enak banget. Lancar jaya macam jalan tol bebas hambatan. Tak hanya itu, setiap kalimatnya pun berisi dan mudah dipahami. Lucu lagi.

Menurut saya, di dunia ini ada 2 tipe orang pintar. Tipe satu, orang yang pintar, banyak ilmunya, namun tak mampu menyampaikan ilmu-ilmunya itu dengan cara yang mudah dipahami orang lain, nggak menarik, dan malah bikin bingung. Padahal berilmu. Sayang ya...

Tipe dua adalah orang berilmu, bahkan padet banget, dan dia mampu menyampaikannya dengan enak, mudah dipahami, dan menarik. Sebagai seorang yang audio visual, tentu saya lebih memilih belajar dari tipe yang kedua ini. Dan menurut saya ustadz Felix ini termasuk tipe yang kedua. Maka jadilah saya dengan mudahnya mengikuti setiap kata yang beliau sampaikan. Apalagi beliau juga jago mengisahkan siroh yang notabene kejadian-kejadian masa lalu di zaman Rosul dengan bahasa-bahasa saat ini. Malah makin suka lah saya menyimaknya.

Kedua, karena meski materi-materinya adalah materi pra-nikah, namun masih sangat bermanfaat kok bagi yang sudah menikah. Serius!

Misalnya saja, dalam salah satu sesi, beliau menjelaskan tentang prioritas cinta kita. Bahwa Alloh harus kita letakkan di nomer 1 sebagai yang paling kita cintai. Sehingga cara kita dalam memilih pasangan akan dengan sendirinya menyesuaikan dengan perintah Alloh. Setelah itu barulah kita bisa berkata “Saya mencintai seseorang karena Alloh” atau dalam bahasa arabnya ana uhibbuki fillah. Memang materi tersebut beliau tujukan untuk para jomblo. Namun sejatinya, mencintai pasangan karena Alloh (sebab Alloh ada di prioritas cinta nomer 1) ini merupakan pegangan penting juga untuk yang sudah berumah tangga.

Jadi, misalnya ketika sudah menikah, kita menemukan karakter-karakter pasangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita, yang mungkin membuat kita sedih dan kecewa, maka sesungguhnya inilah ujian bagi kita untuk mencintai pasangan kita itu karena Alloh. Mencintainya semata-mata karena Alloh lah yang menitipkannya kepada kita. Bila pondasi ini sudah kuat, maka insyaAlloh kita akan sanggup menjalani kehidupan rumah tangga bersama pasangan, meski dalam perjalanannya kita menjumpai karakternya yang tidak sesuai dengan harapan kita, which is ini pasti terjadi dalam kehidupan pernikahan. Dan inilah biasanya salah satu tool setan untuk mengguncang bahtera rumah tangga.

Dan masih banyaaaak lagi materi ngaji jomblo lainnya yang tetap bermanfaat meski kita sudah tidak lagi menyandang status itu.

Nah, suatu siang ketika sedang mendengarkan siaran langsung itu, suami saya yang duduk di samping saya berujar “wong di luar sana banyak orang yang kelaparan dan kehilangan pekerjaan (karena pandemi corona), kok malah ngurusin jomblo...

Jlebbbb...kalimatnya serasa menusuk hati saya....

Mengapa menusuk? Sebab saya tau bahwa meski hampir sepuluh tahun berumah tangga, namun ilmu-ilmu tentang berumah tangga masih belum menarik baginya untuk dipelajari. Padahal ilmu itu cahaya. Tanpa ilmu, kita bagai berjalan di tempat yang gelap. Bisa tersesat, bahkan bisa menabrak sesuatu, atau tanpa kita sadari ternyata kita hanya berputar-putar saja di tempat. Apalagi kalau posisi kita sebagai pemimpin, atau orang kerap juga menyebutnya nahkoda.

Saat itu pula ingatan saya langsung flashback pada alasan mengapa dulu saya memilihnya sebagai pasangan hidup. Jujur saja, yang membuat saya jatuh hati padanya saat itu satu, yaitu karena ia enak diajak bicara. Saya tidak terlalu memperhitungkan faktor-faktor yang lain. Mengapa saat itu faktor “enak diajak biacara”  menjadi penting bagi saya, sebab salah satu elemen penting dalam rumah tangga adalah komunikasi. Komunikasi yang baik antara suami dan istri akan membuat rumah tangga mampu berjalan dengan baik, meski di dalamnya banyak ujian. Sebaliknya, komunikasi yang buruk antara suami istri akan membuat rumah tangga berjalan dengan buruk pula, dan dampak buruknya juga bisa berimbas pada anak-anak. Nah, dampak buruk bahkan sangat buruk itulah yang saya rasakan akibat komunikasi yang buruk antara bapak dan ibu saya.

Ternyata, di awal-awal pernikahan, yang terjadi sungguh di luar ekspektasi dan harapan saya. Namun inilah cara Alloh mengajari saya tentang banyak hal. Termasuk mengajari saya untuk mencintai suami saya karena Alloh lah yang menitipkannya pada saya. Sekali lagi, karena Alloh lah yang menitipkan.

Kalau kita sedih dan kecewa karena realita tak sesuai dengan harapan kita? Tak apa, itu sangat sangat manusiawi. Tinggal kita kembalikan saja urusan ini pada yang menitipkan pasangan kita. Alloh. Percayalah bahwa Alloh pasti akan menolong kita dengan caraNya.

Analoginya begini, katakanlah kita punya pacar seorang aktor korea yang super tampan atau aktris korea yang cantik, bening, dan bersinar. Kita mencintainya dan ia juga sangat mencintai kita. Lalu suatu hari ia menitipkan kucingnya pada kita dan meminta kita berjanji untuk merawat kucing itu baik-baik sampai datang suatu hari ketika ia mengambilnya kembali. Karena aktor/aktris korea itu mencintai kita dan kita mencintainya, pasti kita akan berusaha sekuat tenaga menepati janji itu. Lha kalau suatu ketika si kucing mencakar kita dan kita terluka? Maka tinggal telpon saja si aktor korea tampan atau aktris korea yang bening itu dan katakan “Halo sayang, kucingmu mencakarku, dan rasanya sakiiit sekali, apa yang harus kulakukan?

Begitulah.

Mumpung ini sedang  ramadhan dan mumpung kita sedang lebih banyak berada di rumah saja, mari bersama-sama introspeksi dan memperbaiki kembali prioritas cinta kita. Entah kita masih jomblo ataupun sudah berumah tangga, tempatkan cinta kepada Alloh di urutan pertama.

Semoga bermanfaat.
#Cerita ramadhan dari rumah saja.


2 komentar:

  1. Maasyaa Allah, tabarakallah..
    aku jg ngikutin lo ngaji jomblo by ust felix, kalaupun mmg siang aku ga jd audince live nya, tp aku sll ambil dr yutub,. hehehe. ust felix org yg sgt cerdas tulisannya jg bagus2..

    smg kita jg saling besahabat krn Allah ya mb,,, aaamiin. smg kelak bs bertetangga di syurgaa...AAAMIIINNN

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Robbal alamiin 😊😊😊

      Hapus