Sejak sehari sebelum ramadhan, saya
punya satu kebiasaan baru. Berawal dari tidak sengaja alias
iseng-iseng saja. Apa itu? Mendengarkan siaran langsung kajian ustadz Felix Siauw
dari akun instagramnya.
Kenapa tidak sengaja, karena jujur
saja, walau sudah agak lama saya punya akun instagram, tapi baru kali itu lah saya iseng-iseng meng-klik siaran
langsung dari suatu akun hehehe.... Dan passs sekali itu akun @felixsiauw. Beliau
sedang mengadakan siaran langsung bertajuk “Ngaji Jomblo”. Ini semacam kajian
online yang berseri untuk para jomblo. Berisi arahan step by step bagi para jomblo untuk memperbaiki diri dan menentukan langkah-langkah syar'i untuk menemukan jodohnya.
Lah, kalau kajiannya untuk jomblo,
lantas mengapa saya yang sudah tidak jomblo lagi ini ikut menyimak? Bahkan
menunggu-nunggu nya setiap siang hari? Ada dua alasannya.
Pertama, karena ustadz Fellix ini
ngomongnya enak banget. Lancar jaya macam jalan tol bebas hambatan.
Tak hanya itu, setiap kalimatnya pun berisi dan mudah dipahami. Lucu lagi.
Menurut saya, di dunia ini ada 2
tipe orang pintar. Tipe satu, orang yang pintar, banyak ilmunya, namun tak
mampu menyampaikan ilmu-ilmunya itu dengan cara yang mudah dipahami orang lain,
nggak menarik, dan malah bikin bingung. Padahal berilmu. Sayang ya...
Tipe dua adalah orang berilmu, bahkan
padet banget, dan dia mampu menyampaikannya dengan enak, mudah dipahami, dan
menarik. Sebagai seorang yang audio visual, tentu saya lebih memilih belajar
dari tipe yang kedua ini. Dan menurut saya ustadz Felix ini termasuk tipe yang
kedua. Maka jadilah saya dengan mudahnya mengikuti setiap kata yang beliau
sampaikan. Apalagi beliau juga jago mengisahkan siroh yang notabene kejadian-kejadian
masa lalu di zaman Rosul dengan bahasa-bahasa saat ini. Malah makin suka lah
saya menyimaknya.
Kedua, karena meski materi-materinya
adalah materi pra-nikah, namun masih sangat bermanfaat kok bagi yang sudah menikah.
Serius!
Misalnya saja, dalam salah satu sesi, beliau menjelaskan
tentang prioritas cinta kita. Bahwa Alloh harus kita letakkan di nomer 1 sebagai yang paling kita cintai. Sehingga cara kita dalam memilih pasangan akan dengan sendirinya menyesuaikan dengan perintah Alloh. Setelah itu barulah kita bisa berkata “Saya mencintai seseorang karena Alloh” atau dalam bahasa arabnya ana uhibbuki fillah. Memang materi tersebut beliau tujukan untuk para jomblo. Namun sejatinya,
mencintai pasangan karena Alloh (sebab Alloh ada di prioritas cinta nomer 1) ini merupakan pegangan penting juga untuk yang sudah berumah tangga.
Jadi, misalnya ketika sudah menikah, kita menemukan karakter-karakter pasangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi
kita, yang mungkin membuat kita sedih dan kecewa, maka sesungguhnya inilah ujian
bagi kita untuk mencintai pasangan kita itu karena Alloh. Mencintainya
semata-mata karena Alloh lah yang menitipkannya kepada kita. Bila pondasi ini sudah kuat, maka insyaAlloh
kita akan sanggup menjalani kehidupan rumah tangga bersama pasangan, meski dalam perjalanannya
kita menjumpai karakternya yang tidak sesuai dengan harapan kita, which is ini pasti terjadi dalam
kehidupan pernikahan. Dan inilah biasanya salah satu tool setan untuk mengguncang bahtera rumah tangga.
Dan masih banyaaaak lagi materi
ngaji jomblo lainnya yang tetap bermanfaat meski kita sudah tidak lagi
menyandang status itu.
Nah, suatu siang ketika sedang
mendengarkan siaran langsung itu, suami saya yang duduk di samping saya berujar
“wong di luar sana banyak orang yang
kelaparan dan kehilangan pekerjaan (karena pandemi corona), kok malah ngurusin
jomblo...”
Jlebbbb...kalimatnya serasa menusuk
hati saya....
Mengapa menusuk? Sebab saya tau
bahwa meski hampir sepuluh tahun berumah tangga, namun ilmu-ilmu tentang
berumah tangga masih belum menarik baginya untuk dipelajari. Padahal ilmu itu cahaya. Tanpa ilmu, kita bagai berjalan di tempat yang gelap.
Bisa tersesat, bahkan bisa menabrak sesuatu, atau tanpa kita sadari ternyata
kita hanya berputar-putar saja di tempat. Apalagi kalau posisi kita sebagai
pemimpin, atau orang kerap juga menyebutnya nahkoda.
Saat itu pula ingatan saya langsung
flashback pada alasan mengapa dulu saya memilihnya sebagai pasangan hidup. Jujur
saja, yang membuat saya jatuh hati padanya saat itu satu, yaitu karena ia enak diajak bicara. Saya
tidak terlalu memperhitungkan faktor-faktor yang lain. Mengapa saat itu faktor
“enak diajak biacara” menjadi penting
bagi saya, sebab salah satu elemen penting dalam rumah tangga adalah komunikasi.
Komunikasi yang baik antara suami dan istri akan membuat rumah tangga mampu
berjalan dengan baik, meski di dalamnya banyak ujian. Sebaliknya, komunikasi
yang buruk antara suami istri akan membuat rumah tangga berjalan dengan buruk pula, dan dampak
buruknya juga bisa berimbas pada anak-anak. Nah, dampak buruk bahkan sangat buruk
itulah yang saya rasakan akibat komunikasi
yang buruk antara bapak dan ibu saya.
Ternyata, di awal-awal pernikahan,
yang terjadi sungguh di luar ekspektasi dan harapan saya. Namun inilah cara
Alloh mengajari saya tentang banyak hal. Termasuk mengajari saya untuk
mencintai suami saya karena Alloh lah yang menitipkannya pada
saya. Sekali lagi, karena Alloh lah yang menitipkan.
Kalau kita sedih dan kecewa karena
realita tak sesuai dengan harapan kita? Tak apa, itu sangat sangat manusiawi.
Tinggal kita kembalikan saja urusan ini pada yang menitipkan pasangan kita.
Alloh. Percayalah bahwa Alloh pasti akan menolong kita dengan caraNya.
Analoginya begini, katakanlah kita
punya pacar seorang aktor korea yang super tampan atau aktris korea yang cantik, bening, dan bersinar. Kita mencintainya dan
ia juga sangat mencintai kita. Lalu suatu hari ia menitipkan kucingnya pada
kita dan meminta kita berjanji untuk merawat kucing itu baik-baik sampai datang
suatu hari ketika ia mengambilnya kembali. Karena aktor/aktris korea itu mencintai
kita dan kita mencintainya, pasti kita akan berusaha sekuat tenaga menepati
janji itu. Lha kalau suatu ketika si kucing mencakar kita dan kita terluka?
Maka tinggal telpon saja si aktor korea tampan atau aktris korea yang bening itu dan katakan “Halo sayang,
kucingmu mencakarku, dan rasanya sakiiit sekali, apa yang harus kulakukan?”
Begitulah.
Mumpung ini sedang ramadhan dan mumpung kita sedang lebih banyak berada
di rumah saja, mari bersama-sama introspeksi dan memperbaiki kembali prioritas
cinta kita. Entah kita masih jomblo ataupun sudah berumah tangga, tempatkan cinta
kepada Alloh di urutan pertama.
Semoga bermanfaat.
#Cerita ramadhan dari rumah saja.
Maasyaa Allah, tabarakallah..
BalasHapusaku jg ngikutin lo ngaji jomblo by ust felix, kalaupun mmg siang aku ga jd audince live nya, tp aku sll ambil dr yutub,. hehehe. ust felix org yg sgt cerdas tulisannya jg bagus2..
smg kita jg saling besahabat krn Allah ya mb,,, aaamiin. smg kelak bs bertetangga di syurgaa...AAAMIIINNN
Aamiin Ya Robbal alamiin 😊😊😊
Hapus