Beberapa waktu lalu kami sekeluarga
berkesempatan piknik ke pantai. Tentu dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan. Kami memilih pantai yang tidak ramai, menghindari kerumunan, tetap
memakai masker dan cuci tangan atau memakai handsanitizer.
Pulang dari pantai, karena lelah, suami
saya tiduran di lantai. Lalu anak saya dan sepupunya datang menghampiri dan
dengan sukarela menawarkan diri untuk memijat. Tentu saja suami saya tidak
menolak. Sungguh pemandangan yang lucu sekali. Sambil tertawa, dua anak ini
memijat dengan sungguh-sungguh meski tenaga mereka sebetulnya tak seberapa.
By
the way ayah bunda
yang baik, Anda punya kenangan memijat atau dipijat orang tua waktu Anda kecil
dulu?
Saya punya.
Waktu kecil dulu, ibu sering meminta
saya memijat punggung dan kakinya. Kalau ibu terlalu capek dan pijatan saya
kurang kuat, ibu meminta saya menginjak-injak punggung dan kaki beliau. Atau kalau
ibu sedang pusing, ibu meminta saya menarik-narik rambutnya. Lucu juga kalau
mengingat-ingat kembali saat-saat itu.
Pijat memang bisa bikin badan lebih
enak, lebih segar, lebih rileks. Namun tak hanya itu, pijat ternyata mengandung
pembelajaran parenting yang cukup penting.
Dalam sebuah kajian parenting yang
saya tonton di youtube, ustadz Bendri Jaisyurahman pernah berkata bahwa seorang
ibu, bila ingin dekat bahkan dirindukan selalu oleh anaknya, maka salah satu
kemampuan yang harus dimiliki ialah kemampuan memijat. Tentu ini tak hanya
berlaku bagi ibu saja, tapi saya rasa seorang ayah pun perlu melakukannya. Dan
tak harus ahli, maksudnya, Anda tak
harus jadi ahli pijat yang menguasai semua titik syaraf, meski kalau
Anda menguasainya maka itu lebih baik. Yang penting Anda memijat anak dengan
tulus saja, itu sudah cukup.
Mengapa dalam pijat ini ada
pelajaran parentingnya???
Pertama, karena pijat ini erat kaitannya
dengan sentuhan. Dan kalau kita berbicara tentang parenting, sentuhan antara
orang tua dan anak punya arti yang sangaaaaat penting.
Saya jadi ingat sebuah brosur dari
rumah sakit tempat saya melahirkan anak saya dulu. Brosur itu mengatakan sebuah
kalimat yang terus saya ingat sampai sekarang “Bagi bayi, sentuhan itu sama pentingnya seperti nutrisi dalam makanan”.
Saya rasa tidak hanya bagi bayi. Sentuhan sangat bermakna bagi semua orang,
termasuk yang sudah dewasa sekalipun.
Sentuhan itu (dalam artian positif)
bisa menjadi cara untuk menunjukkan kasih sayang, cara untuk menenangkan, cara
untuk menunjukkan empati, cara untuk memberikan semangat, bahkan bisa menjadi
cara untuk menyembuhkan. Dan pijat bisa menjadi salah satu bentuk sentuhan itu.
Jadi, kalau kita ingin menunjukkan
kasih sayang pada anak-anak kita, ingin menenangkan mereka ketika mereka sedang
risau bin galau, ingin menunjukkan empati pada apa yang sedang mereka rasakan,
ingin memberikan suntikan semangat, bahkan menyembuhkan mereka ketika sakit
fisik maupun batinnya, maka pijatlah mereka, dengan tulus dan tanpa pamrih.
Kedua, karena pijat ini bisa menjadi cara
untuk membangun kedekatan dengan anak-anak kita.
Sekarang ini, gadget kerap kali mendekatkan yang jauh sekaligus menjauhkan yang
dekat. Sehingga meski secara fisik kita dan anak-anak dekat, tinggal dalam satu
atap, bahkan duduk bersebelahan di satu ruangan namun hati terasa jauh. Media
sosial membuat kita tahu kabar terbaru tentang artis dalam maupun luar negeri,
namun tidak tahu kabar terbaru tentang anak kita sendiri. Macam-macam aplikasi
membuat masing-masing anggota keluarga jadi sibuk sendiri. Sehingga bermain
dengan gadget lebih menarik daripada
bermain dengan orang tua ataupun anak. Alhasil, kedekatan menjadi barang langka
di keluarga.
Nah, pijat bisa jadi sarana untuk
menumbuhkan dan mempererat kedekatan itu. Sambil kita memijat anak atau dipijat
anak, kita bisa sambil mengobrol santai, bercerita tentang banyak hal, curhat,
bahkan membincangkan mimpi-mimpi ke depan.
Ketiga, karena pijat bisa menjadi
kenangan.
Mengasuh anak itu intinya dua. Pertama,
membentuk kebiasaan-kebiasaan baik yang berujung pada pembentukan karakter yang
baik pula. Dan kedua, menciptakan kenangan yang akan berguna di masa depan.
Salah satu hal yang membentuk kita dalam perjalanan hidup ini adalah kenangan.
Kenangan yang membahagiakan akan membentuk pribadi kita, pun dengan
kenangan-kenangan yang buruk atau menyakitkan.
Demikian halnya dengan kenangan anak
terhadap orang tuanya. Adalah hal yang bagus bila seorang anak punya banyak
kenangan yang membahagiakan bersama orang tuanya. Ini akan turut membentuk
pribadinya dan akan mempengaruhi caranya mengasuh saat kelak menjadi orang tua.
Nah, dipijat atau memijat orang tua
bisa menjadi kenangan yang membahagiakan untuk diingat dan menjadi bekal untuk mengasuh
generasi berikutnya.
Jadi ayah bunda yang baik, yuk mulai
membiasakan memijat anak, ketika mereka akan tidur, ketika mereka sedang lelah,
atau di momen-momen yang lain. Tak ada salahnya pula meminta mereka memijat
kita dan menjadikannya momen yang indah untuk dikenang.
-Self reminder-
Semoga bermanfaat
![]() |
Photo by Keluarga Anggur |
MaasyaaAllaah. Selama ini mikir kalau anak anak sakit saja mba. Habis ini minat setiap saat pokoknya
BalasHapusAlhamdulillaaah 😊😊😊
Hapus