Catatan
Pulang Kampung (Capung)
#Part
2
Salah satu target saya pulang ke
kampung halaman saat liburan sekolah kemarin ialah saya harus sudah lancar
berenang.
Apa???!!! Lancar berenang???
Iyesss saudara-saudara. Meski saya
sudah berstatus emak berusia kepala tiga, jujur saya belum bisa berenang.
Seingat saya dulu ketika masih kecil, orang tua saya hanya sesekali saja
mengajak saya berenang. Kalaupun pas berenang ya berenangnya pakai pelampung
ban warna hitam besar itu. Alhasil sampai dewasa saya belum bisa berenang.
Padahal olah raga air yang satu ini sungguh banyak sekali manfaatnya. Bahkan
Baginda Rasulullah sendiri sampai berpesan pada umatnya untuk bisa berenang.
Awalnya saya dan kakak perempuan
saya sama-sama tidak bisa berenang. Namun beberapa waktu yang lalu kakak
perempuan saya memutuskan untuk ikut les berenang dan sekarang ia sudah
menguasai beberapa gaya. Jadi saya pun minta diajari. Dan kesempatan bertemu
saat liburan di kampung halaman kemarin tidak boleh saya sia-siakan, sebab kami
berdua tinggal di kota dan propinsi yang berbeda sehingga tak bisa sering
berjumpa.
Dan Alhamdulilaaaah target saya
tercapai...yeaaayyyy...terima kasih kakaaaaak!
Sebetulnya di daerah tempat saya
tinggal juga banyak kursus berenang untuk segala usia termasuk bagi yang sudah
berstatus emak-emak. Tapi saya tetap memilih diajari oleh kakak perempuan saya.
Selain karena gratis (hehehehe...) juga karena kakak sangat sabar mengajari dan
bagi saya kakak adalah salah satu guru terbaik dalam hidup saya.
Kakak adalah guru yang selama ini telah
mengajarkan banyak hal, tidak hanya berenang, tapi juga pelajaran-pelajaran
hidup lainnya. Misalnya tentang bagaimana menjadi murid sekolah yang rajin dan selalu
rapi. Saya masih ingat betul, dari kakak lah saya dulu belajar menyampul buku dengan
cantik dari kalender lawas, belajar menata buku pelajaran dengan rapi di rak
bekas parcel lebaran, belajar menghitamkan lingkaran di lembar jawaban ujian
nasional dengan penuh tanpa keluar garis, dll. Ketika saya beranjak remaja dan
mulai jatuh cinta, kakak juga lah yang memahamkan pada saya bahwa Alloh
mengharamkan pacaran sebelum menikah sebab Alloh sangat sayang pada saya dan
ingin melindungi saya dari zina. Kakak pun sangat mendukung ketika saya
memutuskan untuk berjilbab saat kuliah. Kakak juga memberikan wejangan-wejangannya
saat saya akan memulai babak baru kehidupan yang penuh lika-liku bernama rumah
tangga. Dari kakak pula saya belajar bahwa jadi ibu itu harus kuat dan tidak
ada kekuatan selain dari Alloh. Itu sungguh membantu saya melalui masa-masa
depresi pasca melahirkan. Dan melalui kakak juga lah Alloh memberikan hidayah
dan pertolongan saat rumah tangga saya dihantam badai.
Alhamdulillah....syukur yang tak
terkira pada Alloh dan terima kasih yang tak terhingga untuk kakak...
Ayah bunda yang baik, setiap orang
tua pasti ingin anak-anaknya bisa hidup rukun, saling menyayangi dan menolong
satu sama lain. Namun tentu saja anak-anak seperti ini tidaklah jatuh begitu
saja dari langit. Kita harus berikhtiar untuk menumbuhkan persaudaraan dan
kasih sayang di antara mereka sedini mungkin. Sebab bila tidak, sangat mungkin
mereka bisa menjadi layaknya Tom and
Jerry yang selalu saja saling mengusili, saling membalas, dan saling
menyakiti setiap hari. Bahkan bila analogi Tom
and Jerry ini tak diselesaikan dan dibiarkan saja, bukan tidak mungkin ia
akan menjadi bola salju yang terus menggelinding dan membesar seiring
berjalannya waktu serta bisa menimbulkan permasalahan di masa yang akan datang,
seperti perebutan warisan di antara anak-anak, dsb. Na’uudzubillahimindzalik....
Nah beberapa bentuk ikhtiar yang
bisa ayah bunda lakukan antara lain :
Pertama, ketika adik masih ada di
dalam perut bunda, sampaikan pada kakak bahwa nanti kakak akan punya adik bayi.
Adik bayi yang lahir nanti masih sangat lemah dan belum bisa apa-apa sendiri,
sehingga perlu banyak dibantu oleh ayah, bunda dan juga kakak. Adik pun belum
bisa bicara, bisanya hanya menangis, sehingga kalau mau ngomong apa-apa maka
adik akan menangis. Dan walaupun nanti adik lahir, cinta ayah dan bunda pada
kakak tidak akan berkurang. Sampaikan hal-hal tersebut secara terus menerus dan
berulang-ulang.
Kedua, setelah adik lahir berikan
kesempatan pada kakak untuk mengekspresikan kasih sayangnya pada adik, biarkan
kakak menyentuh adik, memegang tangan dan kakinya, mencium pipinya atau
mengusap-usap kepalanya. Tidak sedikit orang tua yang buru-buru melarang kakak
ketika kakak mendekati adik bayinya karena kuatir kakak akan malah menyakiti
adik, padahal sebenarnya kakak berniat baik. Beri dia kesempatan, sambil
dipantau dan diingatkan bahwa adik masih kecil dan lemah, sehingga kakak harus
hati-hati dan pelan-pelan menyentuh adik. Libatkan juga kakak dalam merawat
adik, seperti ketika memandikan, mengganti popok, dll. Dengan demikian ikatan
dan kedekatan antara kakak dan adik bisa terbangun.
Ayah dan bunda juga harus bekerja
sama agar meski ada adik bayi, namun ayah maupun bunda masih tetap punya waktu
untuk kakak. Misalnya ayah mengajak kakak jalan-jalan atau makan atau main
berdua saja sambil ngobrol. Atau ayah menjaga adik bayi sementara bunda
membacakan cerita untuk kakak sebelum ia tidur. Atau berikan apresiasi pada
kakak ketika membantu merawat adik melalui ucapan terima kasih maupun kado.
Sehingga pernyataan bahwa meskipun ada adik namun cinta ayah bunda pada kakak
tidak akan berkurang bukanlah sekedar retorika belaka.
Ketiga, seiring berjalannya waktu,
munculnya konflik antara kakak dan adik adalah sebuah keniscayaan. Nah kerap
kali para orang tua menyuruh kakak untuk mengalah ketika sedang berkonflik
dengan adiknya. Bahkan terkadang menyalahkan kakak dan membela adik karena
menganggap bahwa kakak lebih tua dan adik lebih kecil padahal belum tentu kakak
yang bersalah. Maka ketika terjadi konflik, biasakan untuk bertanya pada
keduanya tentang duduk perkaranya, mengapa mereka bertengkar atau mengapa adik
menangis. Sehingga orang tua bisa tahu dengan jelas penyebabnya dan siapa yang
bersalah. Ajarkan pada yang bersalah untuk minta maaf dan ajarkan pula pada
yang tidak bersalah untuk memaafkan, sekalipun penyebabnya adalah hal sepele. Hal
ini bertujuan agar tidak muncul benih-benih kebencian dan dendam dalam diri
kakak maupun adik.
Ajarkan pula tentang hak milik dan
menghormatinya. Jadi barang kakak adalah milik kakak dan barang adik adalah
milik adik. Jika kakak ingin mengunakan barang milik adik maka kakak harus
minta izin terlebih dahulu pada adik. Bila sudah diizinkan barulah boleh
menggunakan. Hal yang sama berlaku pula bila adik ingin menggunakan barang
milik kakak. Jika tidak diizinkan oleh pemiliknya maka baik kakak maupun adik
tidak boleh memaksa.
Keempat dan yang PALING penting untuk
dilakukan oleh ayah dan bunda adalah BERDOA.
Ya, BERDOA.
Memohon pada Sang Penggenggam hati, jiwa
dan raga anak-anak kita agar kakak dan adik bisa saling menolong dalam kebaikan,
saling menasihati supaya mentaaati kebenaran, dan saling menasihati supaya
menetapi kesabaran dengan penuh kasih sayang.
Aamiin Ya Robbal alamin....
Semoga bermanfaat.
PS :
Tulisan ini saya dedikasikan untuk
dua orang kakak dan seorang adik yang Alloh titipkan pada saya. Terima kasih banyak
untuk persaudaraan yang selalu hangat meski kini kita terpisah jarak dan berlainan
tempat.
![]() |
Foto keluarga saat kami berempat belum ada yang berkeluarga |
Sangat bermanfaat mba tips nya
BalasHapusAlhamdulillaaah...
HapusTerima kasih mbak 😊
kalau kakak adik bertengkar itu sih biasa sebetulnya mereka itu saling mengasihi. Waktu dua anakku masih satu rumah ada saja yg diribukan, setelah yg satu tinggal di luar kota mlai trelihat rasa kangen mereka. jd saat bertemu boro2 bertengkar malah saling cerita
BalasHapus😍😍😍
BalasHapusAlhamdulillaah...😊