Taare Zameen Par. Salah satu film
india favorit saya. Pertama kali menontonnya, film yang merupakan debut aktor
Aamir Khan sebagai sutradara sekaligus produser ini berhasil meninggalkan kesan
yang begitu mendalam di hati saya. Pun ketika saya menontonnya lagi untuk yang
kedua dan ketiga kali. Kesan yang mendalam itu masih sama terasa.
Bagi anda yang belum pernah
menontonnya, izinkan saya membagi cerita film yang diproduksi tahun 2007 ini.
Ishan Awasthi (tokoh utama dalam
film ini) adalah seorang anak laki-laki kelas 3 SD. Berbeda jauh dengan
kakaknya, Yohan Awasthi, yang selalu menjadi juara kelas dan mendapat nilai-nilai
sempurna hampir di semua mata pelajaran, nilai-nilai Ishan justru selalu buruk
dan paling rendah di kelasnya.
Ishan memiliki kesulitan memahami
instruksi yang diberikan secara beruntun. Ketika gurunya menyuruhnya membaca
paragraf sekian di halaman sekian, Ishan kesulitan menemukannya. Setelah dibantu
teman sebangkunya menemukan paragraf yang dimaksud, Ishan juga masih kesulitan
membacanya. Baginya, huruf-huruf yang dilihatnya di buku itu seperti sedang
menari-nari. Sehingga alih-alih mengejanya dengan benar, Ishan justru
mengeluarkan bunyi-bunyi aneh dari mulutnya. Ini membuat semua teman di
kelasnya tertawa hingga gurunya marah besar dan langsung menyuruhnya berdiri di
luar kelas.
Tak hanya sekali itu saja Ishan
membuat guru-gurunya kehabisan kesabaran. Suatu hari saat ulangan matematika,
sepanjang jam pelajaran, ishan justru berimajinasi dengan angka-angka di soal
ulangan, seolah-olah angka-angka itu adalah planet-planet di luar angkasa.
Hingga tak terasa waktu habis dan lembar jawaban harus dikumpulkan, sementara ia
baru menjawab satu soal saja. Itupun dengan jawaban yang salah.
Tak hanya di sekolah, di rumah pun
ishan tak pernah berhenti menguji kesabaran ayah ibunya. Ishan dan keluarganya
tinggal di rumah susun. Suatu ketika Ishan sedang duduk bersama anjing-anjing di
halaman rumah susun. Lalu sebuah bola jatuh di dekatnya. Anak-anak yang sedang
main bola itu meminta Ishan melemparnya kepada mereka. Ishan yakin lemparannya
akan tepat sasaran, namun ternyata bola yang dilemparnya malah melenceng jauh. Anak-anak
itu marah dan salah satu dari mereka mengatai Ishan “idiot”. Ishan memandang
tajam ke arahnya. Anak itu lalu mendorong Ishan. Ishan balas mendorongnya. Mereka
berdua pun berkelahi dan anak tadi membenturkan kepala Ishan ke tanah hingga
berdarah. Ishan lalu menggigit lengan anak itu dan berlari pergi sambil
menangis.
Rupanya anak tadi datang ke rumah
Ishan bersama ibunya. Si ibu mengadu bahwa Ishan telah menyakiti dan
merobek-robek baju putranya. Ia meminta pertanggungjawaban orang tua Ishan.
Ayah dan ibu Ishan sangat malu. Ishan sendiri tak sanggup berkata-kata untuk
membela dirinya, hingga sebuah tamparan dari ayahnya membuatnya jatuh. Ayahnya
amat sangat marah lalu mengatainya nakal dan tidak tahu malu sebab setiap hari
Ishan selalu saja membuat masalah.
Puncak kemarahan ayahnya terjadi
ketika ia tak sengaja menemukan secarik kertas. Isinya permohonan izin bahwa
Ishan tidak dapat mengikuti pelajaran matematika beberapa hari yang lalu karena
demam. Ayahnya segera bertanya pada ibunya apakah betul Ishan kemarin demam.
Sambil keheranan ibunya pun menjawab tidak. Dan tulisan di surat itu bukan
tulisan ibunya. Maka ayahnya memanggil Ishan dan menanyainya. Dengan takut,
Ishan mengaku bahwa saat itu ia keluar dari sekolah dan berjalan-jalan
sendirian. Lalu ia meminta tolong kakaknya untuk membuatkan surat keterangan
palsu untuk disampaikan pada gurunya bahwa ia tidak dapat mengikuti pelajaran
karena demam. Padahal sesungguhnya, saat itu Ishan keluar sendiri dari sekolah
dan berjalan-jalan sebab ia takut dimarahi dan dihukum lagi oleh gurunya karena
belum mengerjakan tugas matematika. Sang ayah pun marah besar dan lagi-lagi
mengatainya idiot.
Keesokan harinya ayah dan ibunya
menghadap kepala sekolah untuk meminta maaf. Saat itu guru-gurunya sekaligus memberitahukan
semua perilaku Ishan ketika di kelas beserta semua nilai-nilai buruknya. Dan di
saat itu pula baru ketahuan bahwa Ishan tidak memberikan lembar hasil ulangan
yang harus ditandatangani orang tua dan surat dari guru khusus untuk ibunya.
Kepala sekolah akhirnya mengatakan bahwa dengan kondisi seperti itu sulit bagi
Ishan untuk bisa naik kelas. Padahal saat itu sudah kedua kalinya ia tinggal di
kelas 3. Menurutnya, Ishan mempunyai kelainan dan bisa disekolahkan ke sekolah
yang mampu mendidik anak dengan kondisi seperti itu.
Ayah Ishan semakin kecewa. Maka
keputusan sudah bulat. Ia akan memasukkan Ishan ke sekolah berasrama. Meski ibunya
meminta agar Ishan dimasukkan ke sana tahun ajaran berikutnya saja sebab Ishan
belum pernah jauh darinya, meski Ishan sudah meminta maaf berkali-kali, dan meski
ia juga sudah memohon-mohon sampai menangis agar tidak dikirim ke sana, ayahnya
tetap bergeming.
Akhirnya sampailah Ishan di sekolah
asrama khusus laki-laki yang letaknya sangat jauh dari rumahnya. Guru yang
menerima Ishan berkata pada ayahnya “Jangan
khawatir pak. Kami sudah pernah berhasil menjinakkan yang paling nakal
sekalipun”. Ishan sungguh sangat sedih harus berpisah dari keluarganya.
Tatapannya kosong memandang mobil keluarganya pergi. Ia tak berselera makan dan
tidak bisa tidur. Ketika teman-teman sekamarnya sudah terlelap, ia justru
menangis seorang diri di kamar mandi.
Hari demi hari dimulai di sekolah
baru. Namun kondisinya tetap tak berubah. Ishan tak mampu memahami semua
pelajaran di situ. Ia berkali-kali melakukan kesalahan dan berkali-kali ia pula
kena marah guru-gurunya. Mereka mengatai Ishan idiot, bodoh, pemalas, gila dll.
Bahkan Ishan pernah dipukul kedua tangannya dengan penggaris karena tak mampu
menemukan titik di papan tulis ketika pelajaran seni. Ishan menahan sakit dan
tangsinya. Ishan benar-benar putus asa dan tak punya semangat lagi.
Hingga akhirnya Ishan bertemu dengan
guru seni yang baru, Rham Shankar Nikumbh yang diperankan Aamir Khan. Sejak
awal Rham merasa ada yang tidak beres dengan Ishan. Ketika Rham memulai
pelajaran dengan bermain suling, menyanyi dan menari (khas film india) hingga
semua murid di kelas ikut menyanyi dan menari dengan riang gembira, Ishan
justru hanya diam saja. Ia bahkan tak menggambar apapun ketika Rham meminta
murid-murid menggambar sesuatu sesuai imajinasi mereka masing-masing. Rham juga
merasa bahwa Ishan selalu tampak ketakutan.
Ketika Rham menanyakan tentang Ishan
kepada teman sebangkunya, kemudian mengecek semua tulisan Ishan di
buku-bukunya, barulah Rham sadar bahwa Ishan menderita disleksia.
Rham kemudian datang ke rumah Ishan
untuk bertemu dengan orang tuanya. Rham sangat terkejut mengetahui bahwa ternyata
Ishan sangat suka melukis. Bahkan mata Rham sampai berkaca-kaca ketika melihat
hasil lukisan Ishan di dinding kamarnya. Ishan bahkan bisa membuat prakarya
yang rumit, lukisan bersambung dan flipbook (sebuah buku dengan gambar
bergerak).
Dengan emosi yang tertahan, Rham
lalu bertanya pada orang tua Ishan mengapa mereka memasukkan Ishan ke sana.
Ayahnya menjawab bahwa mereka tak punya pilihan lain. Ishan lemah di semua mata
pelajaran dan itu karena ia nakal, malas, pembangkang, dll.
“Yang
Anda sebutkan tadi adalah gejalanya, bukan penyebabnya. Mengapa Ishan lemah di
semua mata pelajaran?” tanya Rham.
Ayah dan ibunya terdiam kebingungan,
“Kenapa tidak Anda saja yang
memberitahukan pada kami” ucap ayahnya.
Barulah Rham menjelaskan pada mereka
bahwa Ishan mempunyai gangguan disleksia. Karena disleksianya itu, Ishan tak
mampu membedakan huruf-huruf yang bentuknya mirip, sehingga ia tak mampu
membentuk imaji atau simbol di benaknya tentang kata yang dimaksud. Padahal itu
adalah syarat utama untuk bisa membaca dan menulis. Karena disleksia pula lah,
Ishan tak mampu memahami instruksi yang diberikan secara beruntun. Ia juga
tidak punya reflek yang baik sebab tidak mampu memperkirakan ukuran, jarak, dan
kecepatan dengan cepat.
“Coba
Anda bayangkan, anak umur 8 tahu belum bisa baca tulis, belum bisa melakukan
hal-hal yang mudah dilakukan oleh anak-anak lain seusianya, maka kepercayaan
dirinya hancur. Ia pun menyembunyikan kekurangannya itu dengan menunjukkan kenakalan
sebagai bentuk pemberontakan, karena dunia di sekitarnya telah mengalahkannya
(dengan mengatainya idiot, nakal, selalu membuat masalah, dll)” ujar Rham.
Orang tuanya kembali terdiam, semua
perasaan bercampur aduk. Namun kemudian ayahnya berkata “Lalu apa kelebihan Ishan?”
“Kelebihan?
Pak, coba Anda lihat semua hasil lukisan Ishan. Ini adalah hasil imajinasi
dengan tingkat kecerdasan yang sangat tinggi. Saya dan Anda saja belum tentu
bisa membuat seperti ini.”
“Lalu
bagaimana nanti ia akan bersaing di masa depan? Apa aku harus memberinya makan
terus seumur hidupnya?!!”
Rham merasa kecewa denga tanggapan
ayah Ishan. Akhirnya Rham memutuskan untuk turun tangan mengajari Ishan sendiri.
Hal pertama yang dilakukan Rham
ialah mengambalikan kepercayaan diri Ishan yang nyaris mati. Ketika pelajaran
seni, Rham menunjukkan pada Ishan flipbook buatan Ishan. Ishan terkejut. Rham
lalu bercerita pada seisi kelas tentang orang-orang hebat yang hasil karyanya
mengguncang dunia dan sangat bermanfaat bagi umat manusia, namun ketika kecil
mereka sulit membaca dan menulis. Rham menyebut nama-nama besar seperti Albert
Eintein, Leonardo Da Vinci, Agatha Christi, Walt Disney, Thomas Alfa Edison,
hingga bintang bollywood yang digemari murid-murid.
Rham lalu meminta semua murid untuk
menuju kolam di luar dan membuat sesuatu dari benda-benda yang ada di sana.
Saat semua murid sudah keluar, Rham berkata pada Ishan bahwa ada satu nama lagi
yang belum disebutnya. Ada satu orang lagi yang saat kecil juga sulit membaca
dan menulis, meski sekarang karyanya tak sebesar nama-nama yang telah disebut
tadi. Nama itu ialah Rham Shankar Nikumbh. Ishan sungguh terkejut mendengarnya.
Mulailah kepercayaan dirinya tumbuh.
Ketika di kolam, ia mengeluarkan
barang-barang kecil yang dulu pernah dikumpulkannya dan dengan ranting-ranting di
dekat kolam ia membuat pesawat kecil yang bisa meluncur di kolam. Semua anak
terkagum-kagum melihat pesawat buatan Ishan, begitu pula Rham. Namun Ishan
masih sangat malu dan merasa rendah diri.
Hal berikutnya yang dilakukan Rham
ialah mengajari Ishan membuat huruf melalui media-media yang disukai Ishan.
Ishan belajar membuat huruf di atas pasir, belajar melukis huruf di kertas, dan
belajar membuat huruf dari plastisin. Rham bahkan meminta Ishan menutup
matanya, lalu ia membuat huruf di pergelangan tangan Ishan, dan meminta Ishan
menebak huruf apa itu. Ishan juga belajar membuat angka yang simetris pada
papan tulis yang diberi kotak-kotak kecil. Ishan juga belajar penjumlahan dan
pengurangan dengan naik turun tangga. Anak-anak tangga sudah diberi angka oleh
Rham, lalu ia menyebutkan soal, kemudian Ishan turun dan naik tangga sesuai
soalnya, hingga ia bisa menjawab dengan benar hasilnya. Semua dilakukan Ishan
dengan senang. Dan hasilnya mulai tampak. Ishan sudah bisa menulis, membaca,
dan berhitung dengan benar.
Suatu hari Rham mendapat ide. Ia
meminta ijin pada kepala sekolah untuk mengadakan lomba melukis yang diikuti
oleh semua siswa, guru, termasuk kepala sekolah sendiri. Pemenangnya akan
mendapatkan hadiah dan lukisannya akan dijadikan sampul depan buku tahunan
berikutnya. Kepala sekolah setuju.
Maka di hari yang ditentukan, semua
murid (termasuk ishan), semua guru (termasuk Rham), dan kepala sekolah
berkumpul di lapangan teater untuk ikut lomba melukis. Rupanya dewan juri
mengalami kesulitan menentukan pemenang sebab ada dua lukisan yang sama-sama
bagusnya, yakni lukisan milik Ishan dan lukisan milik Rham (Rham sendiri
melukis wajah Ishan). Namun karena pemenangnya hanya satu orang, maka juri
sepakat bahwa lukisan Ishan lah yang menang. Semua yang ada di lapangan teater
langsung berdiri, bersorak gembira dan bertepuk tangan untuk Ishan. Ishan
sendiri sangat terkejut. Rham lalu memintanya maju untuk mendapat hadiah.
Dengan malu-malu dan takut-takut Ishan maju dan menerima hadiah. Begitu
menerimanya, Ishan langsung berlari dan memeluk Rham erat-erat sampai menangis.
Dan seluruh orang pun ikut terharu (termasuk saya hiks...hiks...). Saat itulah
kepercayaan diri Ishan yang sebelumnya padam bahkan hampir mati telah menyala
dan bersinar kembali.
Pada saat pembagian rapot, orang tua
Ishan sangat terkejut karena kepala sekolah memberi mereka buku tahunan dengan
sampul lukisan wajah Ishan yang dibuat oleh Rham dan lukisan buatan Ishan sendiri.
Mereka semakin terkejut saat menerima hasil pembelajaran Ishan dari guru-gurunya.
Perkembangan Ishan cepat sekali dan nilai-nilainya pun bagus-bagus. Ayah dan
ibu Ishan sampai terharu dan tidak tahu harus berkata apa untuk berterima kasih
pada Rham.
Dua jempol untuk film ini. Tak heran
bila film ini berhasil memborong banyak sekali penghargaan, sebab pesan yang
disampaikannya sangatlah dalam.
Memang tokoh utama dalam film ini
menyandang disleksia dan itu membuat orang-orang dewasa di sekitarnya mencapnya
dengan label-label negatif. Namun bukankah kenyataanya di keseharian, kita
kerap menjumpai orang dewasa yang mudah mengata-ngatai anak dengan label bodoh,
nakal, pemalas, cengeng, pembangkang, bahkan tolol, idiot, goblok, dsb meski si
anak tidak disleksia? Atau mungkin kita sendiri juga melakukannya pada
anak-anak dan murid-murid kita?
Taukah kita apa yang akan terjadi
pada anak jika kita sering memberinya label-label negatif? Ia akan menjadi
seperti pohon dalam kisah pulau Solomon yang juga diceritakan Rham pada ayahnya
Ishan. Ketika penduduk pulau itu ingin membangun tempat tinggal di hutan,
mereka tidak menebangi pohonnya. Mereka hanya berkumpul di sekitar pohon lalu
berteriak, mengutuk, dan mengumpati pohon tersebut. Maka dalam hitungan hari
pohon itu layu dan mati dengan sendirinya.
Astaghfirullahaladzim....
Ketahuilah ayah bunda dan juga para
guru bahwa semua anak terlahir istimewa. Mereka adalah sebaik-baik makhluk
yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta. Dia pula lah yang telah menginstal
fitrah-fitrah kebaikan dan potensi unggul dalam diri setiap anak agar kelak bisa
menjadi pemimpin di bumi ini. Sehingga sejatinya tidak ada satupun anak yang
bodoh maupun nakal.
Kalaupun ayah bunda dan para guru menemukan
bahwa si anak lamban dalam memahami sesuatu, maka carilah penyebabnya! Lalu
ajari ia sesuai dengan cara yang tepat baginya untuk mudah belajar. Sebab
setiap anak juga unik. Mereka punya caranya sendiri-sendiri dalam memahami
sesuatu.
Dan kalaupun ayah bunda dan para
guru menemukan ada anak yang sulit untuk mematuhi sesuatu, tidak bisa diam, dan
kerap kali membuat kesalahan maka lagi-lagi carilah penyebabnya! Dekati ia,
lalu bertanyalah baik-baik padanya mengapa ia melakukan itu. Kalau memang yang
dilakukannya adalah suatu kesalahan, ajarkan ia untuk mengucap maaf, lalu
jelaskan padanya seperti apa perbuatan yang benar. Bila anak itu memang punya
energi berlebih, berilah ia sarana untuk menyalurkan kelebihan energi itu
secara positif.
Memang itu semua tidak mudah dan
seringkali menjadi ujian kesabaran bagi kita. Tak jarang pula menguras energi
dan emosi. Namun itu karena hadiah yang Alloh siapkan bagi kita adalah
sebaik-baik hadiah, yakni surga. Bila mendidik dan mengasuh anak-anak itu
mudah, semudah membalik telapak tangan, maka mungkin hadiahnya cukup payung
atau piring cantik saja. Sehingga jangan pernah berhenti memohon agar Alloh
selalu menolong, menuntun, dan menguatkan jiwa raga kita dalam mendidik dan
mengasuh anak-anak. Hingga kelak suatu hari nanti mereka akan menjadi Taare
Zameen Par alias bintang-bintang terang di langit.
Semoga bermanfaat.
Membuatq bernostalgia dg pelm 1 ni...favorit banget, & slalu brhasil mengalirkan air mata tiap kali nonton.
BalasHapusBener banget bun...melabel anak dg label yg buruk nggak akan bikin anak jd lbh baik apalagi disiplin, alhasil malah beneran bikin anak sprti apa yg dilabelkan pd mereka. Na'udzubillaah.
Ironisnya, masi sering denger org2 Jawa yg melabel negatif anaknya/cucunya dg ringan. Mungkin nggak maksud gt, cm mo merendah gt kali ya. Misal org lain lg muji anak mereka "wah pinternya adek maem sendiri", trs ortunya jawab "alah nakal kok ini tu". Haddeuh...ngelus dada.
Nggak smw org Jawa gt jg sih.
Smoga mereka yg masi suka melabel buruk anak sgera mndapat pencerahan sbelum trlambat.
BaarakAllaah bun..^^
Aamiin Ya Robbal alamiinn...
HapusSemoga Alloh selalu membimbing kita para ortu dan guru dalam mengasuh anak2 🙏
Terima kasih banyak bun 😊