Senin, 13 Februari 2017

MENDIDIK ANAK ALA KUNGFU PANDA



Beberapa waktu belakangan ini saya sedang sering-seringnya nonton film Kungfu Panda 3. Karena anak semata wayang saya sedang suka film itu, jadi dia minta nonton hampir setiap hari. Alhasil emaknya pun ikutan nonton hehehe...

Pada dasarnya saya juga suka Kungfu Panda karena tokoh dan ceritanya yang lucu. Namun setelah beberapa kali menonton, saya baru sadar bahwa di film produksi Dream Works itu terdapat sebuah pelajaran berharga, sebuah pelajaran yang sangat mendasar tentang PENDIDIKAN.

Sebelumnya izinkan saya share sedikit jalan cerita film itu ya, meski mungkin Anda sudah pernah menontonnya juga.

Di seri yang ke 3 ini, Po si panda yang juga tokoh utama diberi amanah oleh gurunya, yakni Master Shifu, untuk menggantikannya menjadi guru dan mengajari teman-temannya kung fu. Tentu saja Po terkejut dan sangat bingung bagaimana caranya menjadi guru dan mengajari teman-temannya kung fu. Maka kekacauan pun terjadi saat latihan, hingga teman-temannya cedera hehehe...

Po pun mengeluh pada Master Shifu. “Aku tak bisa menjadi guru. Aku tak bisa mengajar seperti dirimu, Master...” Lalu Shifu menjawab dengan bijak “You don’t have to turn you into me, you have to turn you into you...” Po bingung dengan jawaban gurunya itu.

Karena sedang bingung, Po pun pulang ke rumahnya. Di rumahnya Po bertemu dengan ayah kandungnya, seekor panda bernama Lee (selama ini Po dirawat oleh ayah angkatnya, seekor bebek). Po terpisah dari keluarganya karena sebuah insiden (ada di seri yang kedua). Po sangat sangat bahagia karena bisa bertemu dengan ayahnya, begitu juga dengan seluruh penduduk desa dan teman-teman seperguruan Po yang terkejut ternyata masih ada panda lain selain Po.

Di saat yang bersamaan munculah Kai. Kai adalah teman dekat Master Ogwe (gurunya Master Shifu yang juga mahaguru kungfu). Kai yang sudah mati berhasil kembali ke dunia fana setelah menghisap chi Master Ogwe dan berniat menghisap seluruh chi dari master-master kungfu di dunia, termasuk chi milik Po.

Menurut catatan dari Master Ogwe, Kai hanya bisa dikalahkan oleh seorang Master chi yaitu panda. Sebab nenek moyang panda lah yang mengajari Master Ogwe tentang chi. Lee pun menawarkan diri mengajari Po tentang chi, dan untuk bisa mempelajarinya, Po harus pulang ke desa rahasia yaitu desa para panda yang masih tersisa, Po harus belajar bagaimana menjadi panda yang sesunggunya, bagaimana panda tidur, bagaimana panda makan, dan bagaimana kebiasaan-kebiasaan seekor panda.

Ternyata Lee berbohong. Sesungguhnya ia dan para panda yang lain tidak tahu menahu tentang chi. “Maybe we used to, but not anymore...” kata Lee. Lee mengajak Po pulang ke desa karena ia tak ingin kehilangan Po lagi.

Po sangat kecewa. Ia pun membuat patung berbentuk Kai dan berlatih dengan putus asa. Ia sadar tak mungkin mengalahkan Kai dan pasukannya seorang diri. Lalu Lee muncul. Ia menawarkan diri untuk membantu Po mengalahkan Kai. Tak hanya Lee, namun ayah bebek dan panda-panda yang lain juga bersedia membantu.

Dan di sinilah dialog yang sangat sangat penting terjadi...

“But You don’t even know kungfu..” ujar Po
“Then you wil teach us...” jawab Lee
“What?! I can’t teach you kungfu...I couldn’t teach tigers and she already knows kungfu...”
“..but you have to belive me....we can do this..we can learn kungfu...we can be just like you!” kata Lee dengan yakin

Po tersadar...
“What did you just say?” tanya Po
“Eee...we can do this?”
“No...”
“Ee..we can learn kungfu?”
“After that...”
“We can just like you?”
“Yes!”
“We can?”
“No! You can’t! Hohoho...but you don’t have to be.. That’s was Shifu meant. I don’t have to turn you into me. I HAVE TO TURN YOU INTO YOU!

Po pun menemukan semangatnya kembali. Akhirnya ia mengerti apa maksud dari kata-kata Master Shifu yakni bahwa Po tak perlu mengajar kungfu seperti Master Shifu, tapi Po akan mengajar kungfu dengan gayanya sendiri. Ia pun mengajar kungfu pada panda-panda. Po berkata pada mereka bahwa kekuatan terhebat muncul dari siapa diri kita yang sebenarnya, muncul dari apa yang paling kita sukai, muncul dari apa yang paling kita kuasai, dan dari apa yang membuat kita merasa “ini gue banget”.

Panda yang suka memeluk, ia latih untuk memeluk kayu yang keras hingga kayu itu hancur. Panda yang suka menendang, ia latih untuk menendang-nendang bakpao dan tidak boleh jatuh ke tanah. Panda yang suka menari dengan pita, ia latih gerakan kungfu dengan pita. Begitu juga dengan panda-panda yang lain.

Latihan pun ia tingkatkan. Yang suka memeluk, ia minta untuk memeluk kayu yang lebih besar lagi dan memeluk lebih kuat hingga kayu itu hancur. Yang suka menendang, sekarang ia latih untuk menendang petasan. Yang suka menari dengan pita, ia latih untuk menari dengan rantai. Panda yang suka bergulung, ia latih untuk bergulung lebih cepat, dll. Hingga akhirnya Po yakin bahwa mereka sudah siap untuk menghadapi Kai dan pasukannya.

Tigers (teman seperguruan Po) sampai bingung, apa dengan dilatih begitu panda-panda ini bisa menghadapi Kai dan pasukannya yang sangat kuat. And...they didi it! Mereka berhasil melumpuhkan pasukan Kai.

Bagi saya apa yang disampaikan Master Shifu dan apa yang dilakukan oleh Po dalam melatih panda-panda itu adalah kunci dasar dari pendidikan, termasuk dalam mendidik anak kita. Mengapa? Karena setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini adalah unik, tidak sama antara yang satu dengan yang lain, dan tidak bisa pula disamakan. Setiap anak punya karakter yang berbeda, punya cara belajar yang berbeda, dan punya potensi yang berbeda-beda.

Ada orang yang lebih mudah mempelajari sesuatu dengan mendengar, ada yang lebih mudah mempelajari hal baru dengan cara melihat atau membaca, namun ada pula yang baru dapat mempelajari sesuatu jika mereka mempraktekkannya atau jika mereka bergerak. Ada orang yang cerdas dalam bidang musik, ada yang cerdas dalam bidang sains, ada yang suka dengan alam, dan lain-lain.

Sehingga hal terbaik dalam mendidik ialah mengetahui seperti apa karakter anak yang kita didik, mengenali potensinya, dan mengenali cara belajarnya, sehingga ia bisa diajari atau dididik dengan cara tepat dan menjadi orang yang berhasil.

Dan sehingga kita tak perlu iri atau gelisah bila anak teman kita atau anak tetangga atau anak saudara pandai bicara di depan orang banyak, sedang anak kita pemalu. Atau anak lain nilai pelajaran matematika dan sains nya sempurna, sedang anak kita tidak. Siapa tau anak kita memang karakternya berbeda dan punya potensi dahsyat di bidang yang lain. Kita sebagai orang tuanya lah yang harus mencari tahu, mengembangkannya dengan cara yang tepat, dan berkata “We won’t turn you into them, kids...we will turn you into you! Just be who you are!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar