Seingat saya, dulu ketika masih
duduk di bangku sekolah, istilah bullying
belum lah se-terkenal sekarang. Malahan rasanya di sekolah tidak ada yang
menyebut-nyebut kata bullying. Namun
demikian praktek-prakteknya sudah ada, baik dalam bentuk verbal maupun non
verbal.
Saat itu, saya yang Allah takdirkan
berambut keriting kerap kali menjadi bahan gurauan, lucu-lucuan, bahkan ejekan
dari teman-teman sekelas. Mereka sering memanggil saya tidak dengan nama saya,
tetapi dengan panggilan kribo atau miting alias mie kriting.
Awalnya saya tak terlalu menanggapi
gurauan dan ejekan mereka. Namun karena dilakukan berulang-ulang, dan hampir
seisi kelas melakukannya, ternyata gurauan dan ejekan tentang rambut saya itu
berpengaruh juga pada diri saya. Mulailah muncul rasa risih, rendah diri,
minder, dan merasa tidak cantik.
Hingga puncaknya ketika suatu hari di
jam pelajaran akuntansi, ibu guru meminta saya dan teman saya yang laki-laki (dan
berambut keriting juga) untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal di papan
tulis. Sontak hampir seisi kelas menertawakan kami dan berkata “Ada duo kriboooo hahahaha...”.
Duuuuuuuuh.....saya maluuuuuuu sekali dan ingin rasanya menangis saat itu juga karena
sakit hati dengan ejekan mereka. Tapi saya tahan sekuat tenaga, sebab tak
mungkin saya menangis di depan seisi kelas.
Selepas kejadian itu muncullah
pertanyaan dalam benak saya “Apa ada yang
salah bila rambut saya keriting? Saya kan terima jadi, tidak pernah request
pada Allah mau rambut seperti apa”. Dan karena kejadian itu terjadi pada
saat saya remaja dan masa-masanya puber, sehingga sudah mulai memikirkan
penampilan, maka semakin galau lah hati ini.
Di saat yang bersamaan rupanya
sedang booming teknik meluruskan
rambut alias rebonding. Lalu terpikirlah dalam benak saya untuk me-rebonding
rambut. Tujuannya hanya satu, agar tidak jadi bahan ejekan lagi. Saya pun
mencari info harga rebonding di salon dekat rumah.
Sayangnya, hubungan saya dengan
orang tua saya tidak dekat dan komunikasi di antara kami juga tidak lancar,
sehingga saya cenderung tertutup pada mereka. Karena itulah tak mungkin meminta
uang dalam jumlah segitu pada mereka, apalagi dengan alasan untuk rebonding
karena dibully teman-teman. Alhasil saya menabung sendiri. Saya rela tidak
jajan ketika jam istirahat dan sekuat tenaga menahan air liur melihat
teman-teman saya makan nasi goreng, tahu telor, dll dengan lahap selepas
pelajaran olah raga agar ada uang yang bisa saya sisihkan untuk rebonding. Setelah
beberapa waktu akhirnya terkumpulah uang sejumlah harga rebonding di salon
dekat rumah itu.
Namun muncul masalah baru, saya
tidak cukup berani untuk datang ke salon itu seorang diri. Apalagi saya belum
pernah melihat dan melakukan rebonding sebelumnya. Lalu saya putuskan untuk bercerita
pada kakak perempuan saya dengan harapan dia mau menemani saya ke salon. Di
sinilah titik balik saya. Semula saya mengira bahwa kakak akan mau menemani
saya rebonding di salon, karena menurut saya jarak umur kami tak terlalu jauh
dan kami sama-sama perempuan, jadi dia pasti bisa memahami kondisi saya, bisa
menerima alasan saya ingin rebonding, dan mau menemani saya ke salon. Ternyata
Allah berkehendak lain.
Dengan mantap kakak saya berkata
“Dek,
SEMUA PEREMPUAN itu Allah ciptakan CANTIK. Tidak ada satupun ciptaan Allah yang
jelek. Kamu dengan rambut keritingmu itu SAMA cantiknya dengan teman-temanmu
yang rambutnya lurus. Jadi simpan kembali uangmu. Gunakan untuk kebutuhan yang
lain. Tak ada yang perlu diubah dari penampilanmu, sebab kamu sudah cantik!” Lalu ia tersenyum.
Huaaaaaaaaaaaa....pecahlah tangisan saya
mendengar perkataan kakak saya itu. “Terima
kasih kak....terima kasih....terima kasih....” kata saya berulang kali
sambil terisak-isak. Sejak saat itu saya tak pernah ambil pusing lagi setiap
kali teman-teman saya mengejek rambut saya. Saya katakan kepada mereka dengan
nada melawan dan tangan di pinggang “Emang
kenapa kalau gue keriting? Masalah buat lo?!!!”
Kejadian itu begitu melekat kuat
dalam ingatan saya meski sudah belasan tahun berlalu. Dan sangat menjadi
perhatian saya saat kini saya sudah menjadi orang tua. Mengapa?
Sebab ayah bunda sekalian, sadarkah
kita bahwa media massa, media sosial dan lingkungan sekitar membentuk deskripsi
perempuan cantik yang identik dengan kulit putih, rambut panjang hitam lurus,
dan tubuh tinggi kurus dengan kaki jenjang. Betapa banyak iklan produk-produk
kecantikan yang menjanjikan kulit menjadi putih cemerlang dalam kurun waktu
singkat kepada konsumennya. Betapa tidak sedikit iklan shampo yang
menggambarkan rambut indah itu adalah rambut yang panjang, hitam, dan lurus. Dan
itu semua dengan model-model iklannya yang bertubuh tinggi kurus.
Gempuran deskripsi ini sungguh
sangat dahsyat. Hingga tak sedikit perempuan yang kemudian merasa minder dan
tidak percaya diri dengan fisiknya yang tidak sesuai dengan deskripsi cantik
itu. Kemudian mereka melakukan treatment-treatment kecantikan dari yang
harganya murah meriah hingga yang mahal agar bisa sesuai.
Dan itu pun bisa juga terjadi pada anak-anak perempuan kita! Apalagi bila
mereka sudah remaja, sudah memasuki masa puber, sudah mulai memperhatikan
penampilannya, dan sudah mulai tertarik pada lawan jenisnya. Sangat mungkin
mereka menjadi minder, tidak percaya diri dengan keadaan fisik mereka, dan
merasa tidak cantik. Ditambah lagi bila fisik mereka itu menjadi bahan ejekan
atau bullying orang lain, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Sama seperti
yang pernah saya alami dulu.
Sayangnya, saat itu orang tua saya
tidak tahu menahu tentang kejadian itu dan tidak hadir ketika saya mengalami
pergolakan batin itu. Syukurlah kakak saya menggantikannya sehingga saya tidak
sampai melakukan hal-hal keliru yang sesungguhnya tidak perlu dan menjadi punya
keberanian menghadapi bullying dari teman-teman karena fisik saya.
Namun demikian bagi saya sungguh
amat sangat penting sekali bahkan wajib bagi orang tua (ayah dan bunda) untuk
tidak abai terhadap hal ini dan hadir bagi anak-anak ketika mereka merasa
minder dengan penampilan bahkan dibully oleh orang lain.
Mengapa?
Alasan pertama dan yang paling utama
ya karena kita ini orang tuanya. Kita lah yang diberi tanggung jawab penuh oleh
Allah untuk mengasuh dan mendidik mereka dalam segala hal. Termasuk
membangkitkan rasa syukur dan percaya diri dengan apapun kondisi fisik mereka.
Kita lah yang sesungguhnya
berkewajiban meyakinkan mereka bahwa Allah itu Maha Hebat dan Maha Kreativ
dalam menciptakan segala sesuatu, sehingga Allah menciptakan perempuan itu
dengan fisik yang beraneka ragam. Ada yang kulitnya putih, kuning langsat, sawo
matang, coklat gelap, dll. Ada yang berambut lurus, keriting, bergelombang,
dll. Ada yang matanya besar, ada yang sipit, dll. Ada yang tubuhnya tinggi dan
ada pula yang tidak. Ada yang kurus dan ada yang tidak. Dan masih banyaaaak
lagi keanekaragamannya. Tapi semuanya itu punya satu kesamaan, yaitu SAMA-SAMA
CANTIK! Sebab semuanya buatan Allah. Bahkan Allah sendiri yang mengatakan dalam
salah satu ayatNya bahwa Dia menciptakan manusia itu dengan sebaik-baik bentuk.
Tentu sebelum menjelaskan semua itu,
terlebih dulu kita harus menjadi teman ngobrol yang nyaman dan aman bagi
mereka. Nyaman karena kita bersedia mendengarkan dengan penuh perhatian dan
menghargai apapun curahan hati mereka. Aman karena kita tidak akan
menceritakannya pada orang lain yang bisa membuat mereka malu.
Alasan kedua ialah agar mereka tidak
salah langkah dalam menghadapi situasi tersebut. Apalagi mereka masih remaja.
Dengan kondisi kejiawaan yang belum matang dan stabil, serta besarnya pengaruh
teman sebaya dan lingkungan, sangat mungkin mereka melakukan hal-hal yang malah
merugikan bahkan membahayakan diri mereka sendiri.
Di sinilah orang tua harus
berperan membimbing mereka tentang apa-apa yang harus mereka lakukan untuk
mengatasinya. Ajaklah mereka menggali potensi diri, menemukan passion, dan menekuninya dengan
sungguh-sungguh. Sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak
berguna seperti bully-an orang lain dan mereka justru bisa menunjukkan
kemampuan yang mereka miliki dengan penuh percaya diri, bangga dengan diri
mereka, bersyukur atasnya, dan bersinar terang dengan apapun kondisi fisik
mereka.
Jadi ayah bunda, bila anak-anak
perempuan kita merasa tidak cantik dengan kondisi fisiknya apalagi sampai dibully
orang lain, maka peluk erat mereka dengan segenap jiwa raga, lalu tatap mata
mereka lekat-lekat, dan katakan padanya dengan mantap “Nak, kamu cantik dan itu
fakta!”
Semoga bermanfaat.
tulisannya bagus mbak.
BalasHapusmenginspirasi. Semoga kita sebagai orang tua selalu bisa menjadi penenang dan penyejuk hati bagi anak..
Alhamdulillaah...
HapusTerima kasih banyak bunda sugi.
Aamiin...
Alhamdullilah....
BalasHapusTerimakasih bunda, tambah ilmu baru lagi....
Alhamdulillaah...
HapusTerima kasih 😊