Sebuah pertanyaan super penting yang patut kita
tanyakan pada diri kita masing-masing. Mumpung sedang berada di penghujung
tahun dan hendak berganti tahun yang baru. Meski sebetulnya tak harus menunggu
pergantian tahun.
Mengapa saya sebut super penting?
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan menonton sebuah
film bertajuk “SEARCHING”. Bagi Anda yang belum menontonnya, izinkanlah saya
bercerita sedikit tentang film produksi Bazelevs Company, Screen Gems, dan Stage
6 Films ini tanpa membocorkan ending ceritanya yang mengejutkan agar Anda tetap
penasaran dan akhirnya memutuskan untuk menontonnya juga hehehe....
Film bergenre thriller yang disutradarai oleh Aneesh
Chaganty ini berkisah tentang seorang ayah bernama David Kim yang tengah mencari
putrinya bernama Margot yang tiba-tiba menghilang.
Awalnya David hidup bahagia bersama istrinya (Pam) dan
Margot. Mereka rajin sekali merekam moment-moment bahagia, terutama sejak
Margot lahir dan melengkapi kehidupan mereka. Namun suasana mulai berubah
ketika Pam dinyatakan mengidap kanker. Meski sempat berjuang bersama, akhirnya
Pam meninggal dunia. Dan mulai lah sejak saat itu hanya ada David dan Margot.
Meski tinggal serumah, David dan Margot lebih sering
berkomunikasi via smartphone, baik chat maupun video call. David merasa semua
baik-baik saja. Hingga suatu hari David menelpon Margot via video call. Margot
mengatakan bahwa ia sedang berada di rumah salah satu temannya untuk belajar
biologi bersama. Margot berjanji akan pulang meski larut malam. Ternyata
keeseokan paginya Margot tak ada di rumah. David mencoba menelpon Margot, namun
selalu masuk ke kotak pesan. Ia terus mengirim pesan teks pada Margot, namun
pesan-pesannya tak kunjung dibalas. Mulai lah David merasa khawatir.
Kekhawatiran David bertambah, manakala ia menemukan
bahwa Margot yang harusnya saat itu sedang les piano, ternyata ia tak ada di
tempat les dan bahkan gurunya memberi tahu David bahwa Margot sudah berhenti
les sejak enam bulan yang lalu! David sungguh terkejut karena ia tidak tahu
manahu akan hal ini, apalagi ia masih terus memberikan uang les piano pada
Margot.
Karena tak kunjung mendapat kabar dari Margot, David
memutuskan untuk menghubungi polisi. Polisi pun membantu menemukan Margot melalui
detektiv Rosemary Vick.
Detektiv Vick meminta David untuk mulai mengumpulkan
informasi tentang keberadaan Margot melalui teman-temannya. Ternyata David baru
sadar bahwa ia sama sekali tidak tahu siapa teman-teman Margot! Syukurlah
Margot meninggalkan laptopnya di dapur dan David pun mulai menelusuri
teman-teman Margot melalui laptop Margot dan akun media sosialnya. Dimulai dari
facebook Margot, tapi David tidak tahu apa password akun facebook Margot. Dan
setelah berusaha keras, akhirnya David bisa masuk ke dalam facebook Margot dan
mulai menghubungi teman-temannya.
Selama masa pencarian, dengan dibantu polisi, fakta
demi fakta tentang Margot tak
henti-hentinya membuat David terkejut. Melalui detektiv Vick, David mendapat
informasi bahwa pada malam di mana Margot berjanji akan pulang selepas kerja
kelompok biologi, rupanya Margot justru berkendara ke luar kota. Tak hanya itu,
polisi bahkan menemukan bahwa uang piano yang selama ini diberikan oleh David
justru disimpan oleh Margot di bank lalu Margot mentransfer uang itu ke sebuah
rekening yang ternyata juga milik Margot sendiri. Semacam alur yang biasa
terjadi pada praktek pencucian uang dan biasa digunakan juga oleh para pemakai
narkoba.
Hari demi hari berlalu. Kejadian hilangnya Margot pun
menjadi viral di dunia maya dengan berbagai macam tagar. Beragam komentar dari
netizen mengalir, mulai dari dukungan, ungkapan turut berduka hingga
menyalahkan David yang tidak bisa melindungi Margot bahkan ada juga yang
beranggapan bahwa David menculik putrinya sendiri.
Di tengah keputusasaan karena tak kunjung mendapat
titik cerah dari keberadaan Margot, David berkata pada Detektiv Vick:
I don’t know
her...I don’t know my daughter....
Bagi saya, pernyataan David ini adalah titik penting dari
film ini sekaligus alarm bagi kita para orang tua.
Apakah kita sungguh mengenali anak-anak kita?
Meski mereka buah dari sperma dan sel telur kita, lahir
dari rahim kita, sehari-hari bersama kita, tinggal di rumah yang sama dengan
kita, dll...apakah kita sungguh mengenali mereka? Tentu hanya kita sendiri yang
bisa menjawabnya....dengan jujur.
Suatu hari seorang ibu dibuat terkejut sebab pagi-pagi
ia mendapati putranya tergeletak di teras rumah dan ketika ibu itu mencoba membangunkannya,
putranya malah muntah-muntah. Rupanya putranya mabuk setelah semalam dugem. Dan
ternyata ibu itu tidak pernah tahu kalau putranya kerap kali dugem apalagi
sampai mabuk.
Di lain kesempatan, seorang ibu lain bercerita dengan
penuh kebanggan bahwa anak laki-lakinya ketika TK dulu sudah hafal banyak surat
pendek bahkan seringkali jadi imam ketika sholat bersama teman-teman TK nya.
Dan dengan penuh keyakinan pula si ibu berkata pada saudara-saudaranya bahwa
sudah tertanam ketakwaan pada diri anak laki-lakinya itu sejak kecil. Sementara
si ibu tidak pernah tahu bahwa kini ketika sudah dewasa, anak laki-lakinya itu
justru malas sekali membaca Al Quran, sering menunda-nunda sholat, bahkan pernah mengkhianati istrinya.
Beberapa waktu yang lalu pun seorang artis senior tanah
air dibuat terkejut bukan kepalang ketika polisi menangkap anak dan saudara-saudaranya
sedang menikmati narkoba bersama-sama. Sementara selama ini yang ia tahu adalah
anaknya baik-baik saja.
Astaghfirullahaladzim......
Ayah bunda yang baik, kita ini memang bukan cctv yang
bisa memantau anak kita 24 jam, dan sungguh memang yang paling mengenali anak
kita hanyalah dirinya sendiri dan Tuhan.
Akan tetapi ayah bunda, bagaimana pun juga kita ini
adalah orang tua dari anak-anak kita. Kita lah yang akan dihisab pertama kali alias
paling dimintai pertanggungjawaban tentang anak kita oleh Allah SWT kelak.
Sehingga kita memang patut bertanya pada diri kita masing-masing, apakah saya
sungguh kenal pada anak saya sendiri?
Apalagi di era teknologi yang kian pesat seperti
sekarang, smartphone dan internet kerap kali menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh. Gadget beserta beragam aplikasinya macam games, media
sosial, portal berita, dll di dalamnya membuat kita tahu bahkan selalu update
dengan kejadian-kejadian yang jauh dari kita, namun justru abai pada hal-hal yang
ada di dekat kita. Kita menjadi akrab dengan orang-orang yang berada jauh dari
kita, tapi kita jarang sekali berkomunikasi bahkan tidak begitu kenal pada
orang yang tinggal serumah dengan kita. Bisa jadi kita pun seperti David, tidak
tahu password media sosial anak kita, tidak kenal siapa teman-teman dekatnya, tidak
tahu apa aktivitas mereka, dll. Padahal kita serumah dengan mereka!
Jadi ayah bunda, di momentum penghujung tahun ini, ketimbang
kita merayakannya dengan pesta hura-hura dan hingar bingar panggung musik serta
terompet dan kembang api, alangkah jauuuuuuh lebih baik bila kita gunakan untuk
bermuhasabah dan evaluasi diri, baik sebagai suami, sebagai istri, sebagai
pribadi, dll termasuk sebagai orang tua dari anak-anak kita. Ajukan pertanyaan
pada diri sendiri dan jawab dengan jujur apa adanya. Sujud dengan sujud
terdalam untuk memohon ampunanNya dan Minta pada Nya agar Dia membimbing kita
untuk memperbaiki semuanya.
Semoga bermanfaat.
Aih serem kalau smp nggak tau anaknya sendiri. Kalau cuma pakai smartphone memang nggak cukup krn anak2 kalau di chat juga irit jawabnya. Film yg bagus, makasih sdh sharing.
BalasHapusSama2 Ibu Suri 😊
HapusBetul sekali. Karena itulah semoga kita bisa membangun komunikasi yang baik dengan anak sedini mungkin. Agar kita tetap terkoneksi dengan mereka meski tak bisa 24 jam full bersama.