Suatu kali saat sedang makan malam,
tiba-tiba anak saya berkata “Alloh itu jahat ya bun.”
Apa???! Sendok dengan nasi hangat
dan lauk yang sudah tepat di depan mulut saya, urung saya suapkan.
“Kenapa kamu bilang begitu?”
“Soalnya Alloh ngasih virus corona.
Gara-gara virus corona, banyak orang yang sakit, banyak orang yang meninggal.
Berarti Alloh jahat kan?”
Hemm...ini serius. Maka makan malam
saya, saya tunda dulu.
“Nak, Alloh itu Maha Baik. Dan semua
yang Alloh berikan pada kita pasti baik. SE-MU-A.”
“Lha virus corona itu?”
“Itu juga baik.”
“Apa baiknya?”
“Lewat virus corona, sebetulnya
Alloh mau ngajarin kita, supaya kita jadi manusia yang lebih baik. Coba kamu
ingat-ingat, dulu kita malas cuci tangan. Kadang makan aja kita nggak cuci tangan
dulu. Padahal cuci tangan itu untuk kebaikan kita sendiri, biar kita sehat. Nah,
sejak Alloh kasih virus corona, kita semua jadi rajin cuci tangan kan? Mau
apa-apa cuci tangan dulu. Mau masuk toko, cuci tangan. Habis pegang uang, cuci
tangan. Habis main di luar, pulang langsung cuci tangan.”
“Dulu, kalau naik motor, kamu nggak
pernah mau pakai masker. Kamu bilang pengap, nggak bisa nafas. Padahal
manfaatnya untuk kamu sendiri. Supaya kamu nggak menghirup asap motor, asap
mobil, debu. Nah sekarang, ke mana-mana kamu jadi selalu pakai masker. Mungkin
awalnya memang terpaksa, pengap, agak susah nafas, tapi lama-lama terbiasa
juga. Malah waktu kemarin kamu beli masker gambar frozen, di rumah pun kamu
pakai itu maskernya.”
“Ooooo..iya ya....” ia tampak sedang
berpikir. Kesempatan. Saya pun menyendok lagi nasi saya. Belum sempat masuk ke
mulut, ternyata ia bertanya lagi.
“Lha orang-orang yang sakit karena
corona itu, kan kasihan bun. Apa itu artinya Alloh baik?”
Saya letakkan kembali sendok saya.
“Iya, Alloh baik nak. Kalau kita
bisa sabar menerima sakit, maka Alloh akan gugurkan dosa-dosa kita. Satu lagi, kamu
ingat nggak, dulu waktu PAUD kamu pernah kena diare sampai lemes banget?”
“Ingat...”
“Gimana rasanya?”
“Nggak enak...”
“Jadi, enak sakit atau sehat?”
“Ya sehat lah, bun.”
“Mau sakit lagi?”
“Nggak mau...nggak mau...nggak
mau...”
“Nah, lewat sakit, Alloh ngajarin
kita betapa enak sekali sehat itu. Sehingga kita akan terus berusaha supaya
sehat. Mandi yang bersih, cuci tangan yang bersih, makan sayur, makan buah,
berjemur pagi-pagi, daaaan lain-lain.”
“Ooooo....” Dia terdiam lagi sejenak.
Tampak sedang mencerna kata-kata saya. Oke, satu suap dulu, pikir saya.
Ternyata ia bertanya lagi..
“Lha kalau yang meninggal karena
corona itu? Kenapa Alloh membuat orang-orang itu meninggal?”
“Kalau meninggal itu namanya takdir.
Sudah Alloh tetapkan. Kita semua ini suatu hari pasti meninggal. Ayah, bunda,
kamu, semuanya pasti akan akan meninggal. Yang hidup terus cuma Alloh. Ada yang
meninggal karena sakit. Ada yang karena kecelakaan. Ada yang nggak sakit, nggak
kecelakaan, lalu meninggal. Macam-macam. Nah, kapan waktunya kita meninggal dan
apa penyebabnya, cuma Alloh yang tau. Yang penting kita harus berusaha berbuat
baik terus, supaya pas meninggal pas sedang berbuat baik”.
“Oooooooo...gitu.....”
“Jadi, kesimpulannya, Alloh itu baik
atau jahat, nak?”
“Baik”
“Maha Baik. Ada lagi yang mau kamu
tanyakan?”
“Nggak...nggak ada.”
Alhamdulillaaaaaah...akhirnya saya
bisa makaaaaaaan, seru saya dalam hati.
Tapi makan malam kali itu membuat
saya berpikir. Rasanya obrolan-obrolan semacam itu perlu sering-sering dilakukan.
Agar anak-anak tahu dan kenal Tuhan nya. Sebab, bak kata pepatah, tak kenal
maka kenalan. Eh, maksud saya, tak kenal maka tak sayang.
Jadi, dari mana anak-anak kita akan
sayang Tuhan nya bila mereka tak kenal seperti apa Dia. Dan dari mana anak-anak
akan patuh pada perintah Tuhan nya, bila dalam hati mereka tak ada rasa sayang
pada Pencipta nya. Salah satunya adalah dari obrolan-obrolan kita dengan mereka
tentang Tuhan.
-Self reminder-
Semoga bermanfaat.
maasyaa Allah...bundaa...hehehehe
BalasHapusAlhamdulillaaaah 😊😊😊
HapusBagus bun... cara nerangin ke anak enak. Trims ya...
BalasHapusAlhamdulillaaah...terima kasih Bu dilla 😊😊😊
Hapus